Semarang (ANTARA) - Ketahanan pangan merupakan bagian dari pertahanan nasional sehingga pemanfaatan bahan pangan lokal akan mampu mendukung pertahanan nasional di sektor pangan sekaligus memenuhi kebutuhan gizi masyarakat agar terhindar dari ancaman tengkes (stunting) di Tanah Air.

"Fenomena stunting yang masih terjadi di Indonesia dewasa ini berpotensi mengganggu pertahanan nasional di masa datang. Peningkatan ketahanan pangan lewat pemanfaatan bahan pangan lokal bisa jadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan stunting ini," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi daring bertema Badan Sehat Gizi Seimbang dengan Diversifikasi Pangan Lokal, yang digelar DPP Garnita Malahayati NasDem, Sabtu (18/7).

Dalam keterangan tertulis Lestari Moerdijat yang diterima di Semarang, Minggu, disebutkan hadir sebagai panelis dalam diskusi tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Charles Meikyansah (anggota Komisi IV DPR RI), Prof. Dr. Edi Santosa (Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Bogor), dan Maria Loretha (Pegiat Pangan Lokal NTT).

Menurut Lestari, membangun pertahanan nasional tidak melulu soal seberapa banyak negara ini bisa membeli alutsista yang canggih dan mutakhir.

Lebih dari itu, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, kemandirian dalam menyediakan pangan buat warganya juga bagian dari membangun pertahanan nasional.
  Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Dok. Pribadi
Menurut Rerie, kemandirian dalam menyediakan pangan saat ini menjadi hal yang semakin penting dengan masih tingginya persentase stunting di negeri ini.

Meski hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8 persen di tahun 2018 menjadi 27,67 persen pada 2019.

"Namun angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pravalensi stunting dari WHO yaitu di bawah 20 persen," jelas Rerie.

Upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka stunting harus dilakukan dengan konsisten dan terukur, karena stunting berpotensi menurunkan daya saing SDM nasional.

"Bagaimana bisa bersaing di kancah global bila anak-anak kita secara fisik dan otak pertumbuhannya tidak sempurna karena generasi penerusnya kekurangan gizi dan stunting," ujarnya.

Di sisi lain, Legislator Partai NasDem itu menegaskan, di masa pandemi ini kekurangan pasokan beras tidak bisa berharap sepenuhnya ditutupi  impor dari negara lain. Diversifikasi pangan lewat pengembangan potensi tanaman pangan lokal bisa digalakkan untuk menekan konsumsi beras di Tanah Air dan menambah pasokan gizi masyarakat.

Menurut dia, ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu, sorgum dan sejumlah sumber bahan pangan lokal lainnya cukup tersedia di sejumlah daerah dan mudah menanamnya.

Langkah pertama yang harus dilakukan, jelas Rerie, adalah melakukan pemetaan terkait potensi pangan lokal yang ada di sejumlah daerah di Nusantara.

Setelah itu, tambahnya, sosialisasi yang masif terkait sejumlah potensi pangan lokal tersebut, tujuannya agar seluruh lapisan masyarakat paham dan tergerak untuk membudidayakan dan mengonsumsi pangan lokal tersebut. 

Langkah pemberian insentif berupa subsidi  diperlukan agar masyarakat  tergerak untuk membudidayakan sumber bahan pangan lokal dan segera bisa direalisasikan.

"Pemerintah bisa memanfaatkan partisipasi sejumlah komunitas, organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya untuk memasyarakatkan pangan lokal ini," jelasnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyambut baik usulan tersebut. Pihak Kementerian Pertanian, menurut Syahrul, bahkan sudah menyiapkan sejumlah bibit unggul tanaman pangan untuk segera didistribusikan ke masyarakat.***

Pewarta : Zaenal
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024