Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan titik kontraksi perekonomian Indonesia pada kuartal II tahun ini akan berada di level 3,8 persen atau dalam kisaran minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen akibat pandemi COVID-19.
Proyeksi tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI terkait penyampaian laporan semester I dan prognosis semester II Pelaksanaan APBN 2020.
“Di kuartal II kami menggunakan titik di minus 3,8 persen atau dalam range antara minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen,” katanya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Menkeu: Biaya penanganan COVID-19 capai Rp677,2 triliun
Sri Mulyani menyatakan untuk ekonomi Indonesia pada kuartal I yang hanya mampu mencapai 2,97 persen sudah termasuk penurunan cukup drastis karena rata-rata mampu tumbuh hingga 5 persen.
“Ini penurunan cukup tajam dibandingkan rata-rata pertumbuhan kita yang berada di atas 5 persen,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menuturkan pertumbuhan ekonomi nasional untuk semester I tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1 persen hingga minus 0,4 persen akibat pelemahan pada kuartal I dan II.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan terus berusaha mendorong perekonomian sehingga terjadi pemulihan pada kuartal III yang diperkirakan membaik yakni sekitar minus 1 persen hingga tumbuh 1,2 persen.
Baca juga: Menkeu: Dampak wabah Corona lebih kompleks dibanding tekanan global 2008
Untuk kuartal IV, Sri Mulyani menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan akan berada di kisaran 1,6 persen sampai 3,2 persen.
“Oleh karena itu nanti proyeksi ekonominya kita masih bisa mencapai range yang mendekati nol persen atau bahkan positif yaitu antara minus 0,4 persen hingga tumbuh 1 persen,” katanya.
Proyeksi tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI terkait penyampaian laporan semester I dan prognosis semester II Pelaksanaan APBN 2020.
“Di kuartal II kami menggunakan titik di minus 3,8 persen atau dalam range antara minus 3,5 persen hingga minus 5,1 persen,” katanya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Menkeu: Biaya penanganan COVID-19 capai Rp677,2 triliun
Sri Mulyani menyatakan untuk ekonomi Indonesia pada kuartal I yang hanya mampu mencapai 2,97 persen sudah termasuk penurunan cukup drastis karena rata-rata mampu tumbuh hingga 5 persen.
“Ini penurunan cukup tajam dibandingkan rata-rata pertumbuhan kita yang berada di atas 5 persen,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menuturkan pertumbuhan ekonomi nasional untuk semester I tahun 2020 akan berada di kisaran minus 1,1 persen hingga minus 0,4 persen akibat pelemahan pada kuartal I dan II.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan terus berusaha mendorong perekonomian sehingga terjadi pemulihan pada kuartal III yang diperkirakan membaik yakni sekitar minus 1 persen hingga tumbuh 1,2 persen.
Baca juga: Menkeu: Dampak wabah Corona lebih kompleks dibanding tekanan global 2008
Untuk kuartal IV, Sri Mulyani menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan akan berada di kisaran 1,6 persen sampai 3,2 persen.
“Oleh karena itu nanti proyeksi ekonominya kita masih bisa mencapai range yang mendekati nol persen atau bahkan positif yaitu antara minus 0,4 persen hingga tumbuh 1 persen,” katanya.