Kudus (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemanfaatan teknologi modern di bidang pertanian, salah satunya dalam pengembangan komoditas buah melon yang pangsa pasarnya dan permintaannya di luar Jateng juga masih cukup besar.
"Kami apresiasi langkah seorang petani muda asal Kudus yang berani terjun di dunia pertanian untuk mengembangkan buah melon dengan memanfaatkan peralatan canggih. Jika kebutuhan buah melon di dalam negeri bisa dipenuhi dengan bantuan peralatan canggih tentu luar biasa," ujarnya ditemui di sela-sela mengunjungi kompleks tanaman melon milik Stevanus Rangga Santoso di Jalan Lingkar Barat, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Rabu.
Ia menilai petani muda asal Kudus ini sangat menginspirasi karena di usia yang masih muda sangat kreatif dan berani terjun di bidang pertanian untuk mengembangkan tanaman buah melon yang produknya sangat laku di pasaran.
Dalam kondisi seperti sekarang, kata dia, peran petani muda tersebut tentu penting karena bisa membantu pemulihan ekonomi di saat pandemi seperti sekarang.
"Dia juga memiliki semangat membuat produk yang berkualitas karena pangsa pasarnya yang ada di Jakarta saja hingga kini pasokannya masih kurang," ujarnya.
Pangsa pasar komoditas buah melon yang ada, katanya, belum termasuk di luar Jakarta.
Untuk itu, petani yang lain didorong untuk bekerja kreatif dan inovatif sehingga kebutuhan melon di Tanah Air bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Sementara itu, Stevanus Rangga Santoso pemilik CV Santoso Agro yang membudidayakan buah melon mengakui buah melon yang diproduksi memang berbeda dengan yang lain karena dibuat dengan mengabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro, yang mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.
Ia menjelaskan konsep pertanian melon yang dipakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian, yakni ditanam dengan sistem hidroponik, tanpa tanah supaya tidak mengandung kadar pupuk sama sekali.
"Sehingga 100 persen, hasil yang ditumbuhkan tergantung dengan komposisi yang diberikan. Misalnya saya mau awal pertumbuhannya, daunnya mau saya besarkan sekian. Dipupuk nitrogen seper juta bagian yang merupakan satuan pada pengukuran nilai kepadatan suatu zat di dalam air," ujarnya.
Dengan teknologi pertanian modern tersebut, dia mengatakan, masih bisa mengontrol, hal itu berbeda jika penanamannya dilakukan di atas tanah yang berujung pada sulitnya pengontrolan tanaman.
Hasil buah melon yang diharapkan, kata dia, merupakan buah yang premium yang memang memiliki pangsa pasar yang bagus dengan kualitas yang bagu, rasanya enak dan sehat.
"Yang lagi ditanam ini jenis melon Jepang, melon Eropa, ada melon China, serta melon Jawa," ujarnya.
Dengan kapasitas produksi, kata dia, setiap 20 harinya bisa panen hingga 20-an ton melon.
Melon hasil panennya itu, juga pernah dikirim ke Singapura karena kualitasnya memang sesuai keinginan di negara tersebut. (LHP)
Baca juga: Capai 8 persen, pembangunan Tol Semarang-Demak Seksi II ditargetkan rampung 2022
Baca juga: Ganjar minta pelayanan KB disesuaikan protokol kesehatan COVID-19
"Kami apresiasi langkah seorang petani muda asal Kudus yang berani terjun di dunia pertanian untuk mengembangkan buah melon dengan memanfaatkan peralatan canggih. Jika kebutuhan buah melon di dalam negeri bisa dipenuhi dengan bantuan peralatan canggih tentu luar biasa," ujarnya ditemui di sela-sela mengunjungi kompleks tanaman melon milik Stevanus Rangga Santoso di Jalan Lingkar Barat, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Rabu.
Ia menilai petani muda asal Kudus ini sangat menginspirasi karena di usia yang masih muda sangat kreatif dan berani terjun di bidang pertanian untuk mengembangkan tanaman buah melon yang produknya sangat laku di pasaran.
Dalam kondisi seperti sekarang, kata dia, peran petani muda tersebut tentu penting karena bisa membantu pemulihan ekonomi di saat pandemi seperti sekarang.
"Dia juga memiliki semangat membuat produk yang berkualitas karena pangsa pasarnya yang ada di Jakarta saja hingga kini pasokannya masih kurang," ujarnya.
Pangsa pasar komoditas buah melon yang ada, katanya, belum termasuk di luar Jakarta.
Untuk itu, petani yang lain didorong untuk bekerja kreatif dan inovatif sehingga kebutuhan melon di Tanah Air bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Sementara itu, Stevanus Rangga Santoso pemilik CV Santoso Agro yang membudidayakan buah melon mengakui buah melon yang diproduksi memang berbeda dengan yang lain karena dibuat dengan mengabungkan pemanfaatan perlindungan tanaman dari intensitas hujan, sinar matahari dan iklim mikro, yang mengoptimalkan pemeliharaan tanaman, pemupukan dan irigasi mikro, sehingga mampu meningkatkan produksi buah.
Ia menjelaskan konsep pertanian melon yang dipakai merupakan wujud aplikasi teknologi di pertanian, yakni ditanam dengan sistem hidroponik, tanpa tanah supaya tidak mengandung kadar pupuk sama sekali.
"Sehingga 100 persen, hasil yang ditumbuhkan tergantung dengan komposisi yang diberikan. Misalnya saya mau awal pertumbuhannya, daunnya mau saya besarkan sekian. Dipupuk nitrogen seper juta bagian yang merupakan satuan pada pengukuran nilai kepadatan suatu zat di dalam air," ujarnya.
Dengan teknologi pertanian modern tersebut, dia mengatakan, masih bisa mengontrol, hal itu berbeda jika penanamannya dilakukan di atas tanah yang berujung pada sulitnya pengontrolan tanaman.
Hasil buah melon yang diharapkan, kata dia, merupakan buah yang premium yang memang memiliki pangsa pasar yang bagus dengan kualitas yang bagu, rasanya enak dan sehat.
"Yang lagi ditanam ini jenis melon Jepang, melon Eropa, ada melon China, serta melon Jawa," ujarnya.
Dengan kapasitas produksi, kata dia, setiap 20 harinya bisa panen hingga 20-an ton melon.
Melon hasil panennya itu, juga pernah dikirim ke Singapura karena kualitasnya memang sesuai keinginan di negara tersebut. (LHP)
Baca juga: Capai 8 persen, pembangunan Tol Semarang-Demak Seksi II ditargetkan rampung 2022
Baca juga: Ganjar minta pelayanan KB disesuaikan protokol kesehatan COVID-19