Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengajak negara-negara di dunia bersatu untuk membangun kesadaran internasional dalam mengatasi krisis global akibat pandemi COVID-19.

"Saat bekerja untuk menyelesaikan satu masalah, harus ada komitmen, solidaritas, dan tujuan bersama untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi anak-anak kita, masa depan generasi mendatang," kata Lestari Moerdijat dalam siaran pers yang diterima di Semarang, Jumat (26/6).

Ajakan tersebut disampaikannya saat membuka Bilateral Digital Conference antara Indonesia dan Australia yang digagas Partai NasDem dan Partai Buruh Australia, Jumat.

Konferensi internasional secara daring yang dihadiri 65 peserta itu mengagendakan pertukaran pengalaman dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan membangun kembali perekonomian di kedua negara.

Selain Lestari Moerdijat, hadir sebagai pembicara dalam kesempatan itu antara lain Martin Manurung (Ketua Bidang Hubungan Internasional Partai NasDem), Sugeng Suparwoto (Ketua Komisi VII DPR RI), Chris Bowen (Shadow Minister untuk Kesehatan dan anggota parlemen Partai Buruh Australia dapil McMahon), dan Penny Wong (peminpin oposisi di Senat Australia).

Pada kesempatan itu, Rerie sapaan akrab Lestari, mengungkapkan kondisi terkini Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Menurut Rerie, dampak COVID-19 tidak hanya dari sisi kesehatan masyarakat Indonesia, yang pada 25 Juni 2020 total kasus mencapai 50.187 positif COVI-19, kematian mencapai 2.620 orang dan yang sembuh 20.449 orang.

Akan tetapi, menurut dia, pandemi COVID-19 juga menghantam perekonomian, akibat permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh kebijakan social distancing dan tinggal di rumah.

Mengutip hasil survei yang dilakukan lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting pada 18-20 Juni 2020, legislator Partai NasDem itu mengatakan sekitar 76 persen masyarakat merasakan dampak terburuk COVID-19 pada pendapatan mereka.

"Hanya 34 persen dari masyatakat yang yakin pemulihan ekonomi akan berhasil tahun depan," ujar Rerie.

Menyikapi kondisi tersebut, menurut Rerie, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, antara lain kondisi lingkungan yang berbeda setiap wilayah sebagai negara kepulauan, sistem pendidikan dan kesehatan yang terbatas dan respon ekonomi yang relatif lambat terhadap sektor yang terdampak wabah.

Menanggapi hal itu, Peminpin Oposisi di Senat Australia, Penny Wong,  seperti dikutip dalam siaran pers Lestari Moerdijat,  berpendapat bahwa setiap negara berada pada tahap pandemi yang berbeda.

"Dengan tidak adanya respon ekonomi global terhadap pandemi, kita perlu berbuat lebih banyak di tingkat regional untuk mengoordinasikan upaya-upaya kedua negara," ujarnya.

Menurut Penny, keberhasilan Australia dalam meratakan kurva pandemi di dalam negeri hanyalah langkah pertama. Kesuksesan jangka panjang, menurut dia, akan tergantung pada negara tetangga.

"Kita semua berharap bisa menyambut lagi wisatawan, pelajar, dan pebisnis Indonesia kembali ke Australia dan saya yakin banyak orang Australia sangat tertarik untuk berlibur ke Indonesia."

Jadi, tegas Penny, kita harus melakukan apa yang kita bisa lakukan untuk memastikan pemulihan dan ketahanan wilayah kita di masa depan.

Asisten Bendahara Bayangan, Stephen Jones MP, mengungkapkan pengembangan hubungan ekonomi sangat penting untuk pemulihan ekonomi kedua negara.

"Australia selalu menjadi negara yang bertumpu pada perdagangan. Kami akan membutuhkan kemitraan yang kuat dan berkembang seperti kemitraan yang kami miliki dengan Indonesia," katanya.

Menurut Stephen, Indonesia dan Australia perlu membangun kembali hubungan perdagangan barang maupun jasa kedua negara.

"Saya berharap bersama-sama kita dapat mengidentifikasi langkah kerja sama yang baru," katanya. ***

Pewarta : Zaenal
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024