Sleman (ANTARA) - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman, mengadakan tes cepat COVlD-19 dengan alat buatan sendiri, Kamis.
Tes cepat itu ditujukan untuk tenaga kesehatan puskesmas dan komunitas di Kabupaten Sleman di Puskesmas Mlati II, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Deteksi COVID-19 itu menggunakan alat "Rapid Diagnosis Test" (RDT) yang dibuat sendiri oleh UGM yang diberi nama Republik Indonesia Gadjah Mada Hepatika Airlangga (RI GHA).
Dekan FKKMK UGM Prof Ova Emilia mengatakan alat tes cepat RI GHA yang berbasis antibodi tersebut berhasil dibuat berkat kolaborasi UGM dengan Universitas Airlangga dan Laboratorium Hepatika Mataram serta didukung oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Menurut dia, semakin berkembangnya kasus COVlD-19 di Indonesia dan di wilayah DIY khususnya membuat masyarakat menjadi semakin takut untuk mengakses pelayanan kesehatan.
"Situasi ini perlu segera disikapi, karena dari pengalaman wabah di dunia problem utama yang dipikul oleh pelayanan kesehatan adalah meningkatnya masalah kesehatan, akibatnya banyak masalah kesehatan yang tidak tertangani dengan baik," katanya.
Ia berharap dengan alat tes tersebut fasilitas pelayanan kesehatan dapat terbebas dari stigma dan dapat memastikan keamanan pelayanan bagi masyarakat umum.
"Selain itu, dengan penggunaan Rl-GHA COVlD-19 di fasilitas layanan kesehatan dan komunitas, diharapkan tidak ada Iagi pasien yang terlambat ditangani," katanya.
Ia mengatakan keunggulan alat itu adalah cepat, hasil dapat dibaca dalam 15 menit, spesiflk, mudah digunakan, dan biaya produksinya juga terjangkau.
"Dalam jangka panjang, RI-GHA COVlD-19 akan diproduksi secara massal sehingga dapat mendukung pemantauan perkembangan COVlD-19 di Indonesia seperti untuk upaya pelacakan kontak dan survei," katanya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengapresiasi inovasi yang dilakukan UGM dalam membuat alat tes cepat RI-GHA tersebut.
"Ini bentuk upaya sinergi dari berbagai pihak untuk bersama-sama melawan wabah tersebut," katanya.
Terlebih, kata Bupati, Kabupaten Sleman merupakan wadah bermukimnya ribuan mahasiswa.
"Dengan adanya alat tes RI-GHA tersebut akan meyakinkan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat bahwa Kabupaten Sleman siap menyambut normal baru, didukung dengan berbagai fasilitas kesehatan yang sudah berstandar protokol COVID-19," katanya.
Ia berharap alat tes tersebut dapat diproduksi secara massal agar seluruh masyarakat dapat melakukan tes cepat sehingga upaya pelacakan lebih maksimal.
Deteksi cepat tersebut akan dilakukan di 25 puskesmas dan 76 dusun di Kabupaten Sleman. Sebanyak 81 tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Mlati II mengikuti tes cepat pada kesempatan tersebut.
Adapaun untuk tes massal kepada nakes di Kabupaten Sleman serentak akan dilaksanakan pada 22 dan 23 Juni 2020 dengan target sebanyak 1.500 orang nakes.
Baca juga: Bandara Solo sediakan fasilitas tes cepat
Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Yogyakarta Ova Emillia menyerahkan alat RDT buatan UGM kepada Bupati Sleman Sri Purnomo. Foto Antara/ HO-Humas Pemkab Sleman
Tes cepat itu ditujukan untuk tenaga kesehatan puskesmas dan komunitas di Kabupaten Sleman di Puskesmas Mlati II, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Deteksi COVID-19 itu menggunakan alat "Rapid Diagnosis Test" (RDT) yang dibuat sendiri oleh UGM yang diberi nama Republik Indonesia Gadjah Mada Hepatika Airlangga (RI GHA).
Dekan FKKMK UGM Prof Ova Emilia mengatakan alat tes cepat RI GHA yang berbasis antibodi tersebut berhasil dibuat berkat kolaborasi UGM dengan Universitas Airlangga dan Laboratorium Hepatika Mataram serta didukung oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Menurut dia, semakin berkembangnya kasus COVlD-19 di Indonesia dan di wilayah DIY khususnya membuat masyarakat menjadi semakin takut untuk mengakses pelayanan kesehatan.
"Situasi ini perlu segera disikapi, karena dari pengalaman wabah di dunia problem utama yang dipikul oleh pelayanan kesehatan adalah meningkatnya masalah kesehatan, akibatnya banyak masalah kesehatan yang tidak tertangani dengan baik," katanya.
Ia berharap dengan alat tes tersebut fasilitas pelayanan kesehatan dapat terbebas dari stigma dan dapat memastikan keamanan pelayanan bagi masyarakat umum.
"Selain itu, dengan penggunaan Rl-GHA COVlD-19 di fasilitas layanan kesehatan dan komunitas, diharapkan tidak ada Iagi pasien yang terlambat ditangani," katanya.
Ia mengatakan keunggulan alat itu adalah cepat, hasil dapat dibaca dalam 15 menit, spesiflk, mudah digunakan, dan biaya produksinya juga terjangkau.
"Dalam jangka panjang, RI-GHA COVlD-19 akan diproduksi secara massal sehingga dapat mendukung pemantauan perkembangan COVlD-19 di Indonesia seperti untuk upaya pelacakan kontak dan survei," katanya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengapresiasi inovasi yang dilakukan UGM dalam membuat alat tes cepat RI-GHA tersebut.
"Ini bentuk upaya sinergi dari berbagai pihak untuk bersama-sama melawan wabah tersebut," katanya.
Terlebih, kata Bupati, Kabupaten Sleman merupakan wadah bermukimnya ribuan mahasiswa.
"Dengan adanya alat tes RI-GHA tersebut akan meyakinkan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat bahwa Kabupaten Sleman siap menyambut normal baru, didukung dengan berbagai fasilitas kesehatan yang sudah berstandar protokol COVID-19," katanya.
Ia berharap alat tes tersebut dapat diproduksi secara massal agar seluruh masyarakat dapat melakukan tes cepat sehingga upaya pelacakan lebih maksimal.
Deteksi cepat tersebut akan dilakukan di 25 puskesmas dan 76 dusun di Kabupaten Sleman. Sebanyak 81 tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Mlati II mengikuti tes cepat pada kesempatan tersebut.
Adapaun untuk tes massal kepada nakes di Kabupaten Sleman serentak akan dilaksanakan pada 22 dan 23 Juni 2020 dengan target sebanyak 1.500 orang nakes.
Baca juga: Bandara Solo sediakan fasilitas tes cepat