Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengapresiasi meningkatnya investor yang melakukan transaksi di pasar saham meski pandemi COVID-19 belum usai.
"Jumlah investor di Soloraya yang melakukan transaksi makin banyak, ini menandakan meskipun di era pandemi untuk investasi di pasar modal masih tinggi," kata Kepala BEI Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Kamis.
Ia mengatakan kenaikan jumlah investor bulan Mei lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan bulan Januari-Februari 2020. Ia mengatakan untuk bulan Mei jumlah investor yang melakukan transaksi sebanyak 29.623 investor.
"Angka ini naik jika dibandingkan dengan bulan April sebanyak 29.219 investor dan 28.814 investor di bulan Maret 2020," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, jika dilihat dari jumlah transaksinya terjadi penurunan di bulan Mei dibandingkan dengan bulan Maret dan April. BEI mencatat pada bulan Maret angka transaksi mencapai Rp1.081.999.906.286 dan di bulan April naik menjadi Rp1.030.470.286.373.
Baca juga: Pengamat: investor harus bijak sikapi turbulensi ekonomi
Meski demikian, dikatakannya, angka transaksi ini turun pada bulan Mei menjadi Rp791.198.261.384.
"Jika dilihat pada bulan Maret dan April ini ada banyak investor yang beli saham karena memanfaatkan penurunan harga saham akibat pandemi COVID-19. Inilah yang berdampak pada tingginya angka transaksi," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, saat ini sejumlah saham unggulan sudah mengalami kenaikan harga meski sempat turun cukup drastis. Ia mencontohkan untuk saham BRI dari awal tahun seharga Rp4.400/lembar, pada pertengahan bulan Maret turun menjadi Rp2.600/lembar dan saat ini naik menjadi Rp3.000/lembar.
Selain itu, saham PT Sritex pada awal tahun di harga Rp258/lembar turun menjadi Rp121/lembar di pertengahan bulan Maret dan saat ini kembali naik menjadi Rp188/lembar. Selanjutnya, saham Indofood Sukses Makmur dari Rp11.250/lembar di awal tahun turun menjadi Rp8.300/lembar di pertengahan Maret dan saat ini sedikit naik di angka Rp8.600/lembar.
"Untuk PT Telkom dari Rp3.980/lembar di awal tahun menjadi Rp2.600/lembar di pertengahan Maret dan saat ini Rp3.110/lembar," katanya.
Ia memprediksikan dengan kenaikan jumlah investor yang bertransaksi maka akan berdampak pada kenaikan harga saham meski secara bertahap.
Baca juga: Bank Muamalat gandeng Yusril selesaikan pembiayaan bermasalah
Baca juga: Tarik investor, UMKM bisa tiru model bisnis warung kopi kekinian
"Jumlah investor di Soloraya yang melakukan transaksi makin banyak, ini menandakan meskipun di era pandemi untuk investasi di pasar modal masih tinggi," kata Kepala BEI Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Kamis.
Ia mengatakan kenaikan jumlah investor bulan Mei lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan bulan Januari-Februari 2020. Ia mengatakan untuk bulan Mei jumlah investor yang melakukan transaksi sebanyak 29.623 investor.
"Angka ini naik jika dibandingkan dengan bulan April sebanyak 29.219 investor dan 28.814 investor di bulan Maret 2020," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, jika dilihat dari jumlah transaksinya terjadi penurunan di bulan Mei dibandingkan dengan bulan Maret dan April. BEI mencatat pada bulan Maret angka transaksi mencapai Rp1.081.999.906.286 dan di bulan April naik menjadi Rp1.030.470.286.373.
Baca juga: Pengamat: investor harus bijak sikapi turbulensi ekonomi
Meski demikian, dikatakannya, angka transaksi ini turun pada bulan Mei menjadi Rp791.198.261.384.
"Jika dilihat pada bulan Maret dan April ini ada banyak investor yang beli saham karena memanfaatkan penurunan harga saham akibat pandemi COVID-19. Inilah yang berdampak pada tingginya angka transaksi," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, saat ini sejumlah saham unggulan sudah mengalami kenaikan harga meski sempat turun cukup drastis. Ia mencontohkan untuk saham BRI dari awal tahun seharga Rp4.400/lembar, pada pertengahan bulan Maret turun menjadi Rp2.600/lembar dan saat ini naik menjadi Rp3.000/lembar.
Selain itu, saham PT Sritex pada awal tahun di harga Rp258/lembar turun menjadi Rp121/lembar di pertengahan bulan Maret dan saat ini kembali naik menjadi Rp188/lembar. Selanjutnya, saham Indofood Sukses Makmur dari Rp11.250/lembar di awal tahun turun menjadi Rp8.300/lembar di pertengahan Maret dan saat ini sedikit naik di angka Rp8.600/lembar.
"Untuk PT Telkom dari Rp3.980/lembar di awal tahun menjadi Rp2.600/lembar di pertengahan Maret dan saat ini Rp3.110/lembar," katanya.
Ia memprediksikan dengan kenaikan jumlah investor yang bertransaksi maka akan berdampak pada kenaikan harga saham meski secara bertahap.
Baca juga: Bank Muamalat gandeng Yusril selesaikan pembiayaan bermasalah
Baca juga: Tarik investor, UMKM bisa tiru model bisnis warung kopi kekinian