Semarang (ANTARA) - Pelayanan kesehatan di Kota Semarang selama pandemi COVID-19 tetap berjalan optimal dan segala upaya telah dilakukan untuk mendukung hal tersebut mulai dari tes swab bagi para tim medis hingga pelayanan secara online melalui Mobile JKN.

Kepala Dinas Kota Semarang Mochammad Abdul Hakam mengatakan bersama BPJS Kesehatan Kota Semarang, pemerintah terus memberikan dukungan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN-KIS dan masyarakat umum dengan pemberian masker, alat pelindung diri, sampai dengan melakukan tes swab massal.

"Apabila dokternya telah dilakukan test swab, kenapa masyarakat masih tidak percaya untuk berobat? tentunya ini menjadi tugas kami termasuk teman-teman dari BPJS Kesehatan untuk melawan hoaks yang beredar di masyarakat. Edukasi kepada masyarakat sangatlah perlu, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan khususnya yang dilaksanakan oleh Dinas kesehatan dan BPJS Kesehatan tinggi," kata Hakam.

Upaya lain, lanjut dia, Dinas Kesehatan Kota Semarang juga telah melakukan koordinasi dengan BPJS Kesehatan Cabang Semarang untuk mempermudah alur pelayanan konsultasi dokter bagi pelayanan pasien nongawat darurat baik melalui Mobile JKN, telepon, Video Call, maupun whatsapp yang menggunakan nomor hp dokter di fasilitas kesehatan.

"Selain itu, telah dilaksanakan pula sistem peresepan obat secara online baik kepada peserta JKN-KIS maupun pasien umum, BUMOKSI sebagai salah satu pelayanan home care apabila pasien tidak bisa datang ke faskes maka ambulan motor yang akan datang kerumah rumah. Serta adanya aplikasi PUSTAKA atau Puskesmas Tanpa Antrian di seluruh Puskesmas di Kota Semarang. Aplikasi tersebut menjadi andalan Dinas Kesehatan Kota Semarang, pasien akan diatur jam kedatangannya berbanding dengan ketersediaan dokter dan jam pelayanan dokter dengan estimasi pemeriksaan setiap pasien kurang lebih dalam 1 jam 10 pasien," katanya.

Baca juga: Pandemi COVID-19, apoteker di Semarang terapkan peresepan online

Hakam menambahkan Pemkot Semarang juga memiliki Klinik Febris yang dibentuk pada akhir Maret 2020, sehingga semua masyarakat yang datang ke Puskesmas dalam kondisi demam dilaksanakan pemisahan pelayanan dengan pasien tanpa gejala demam dengan harapan apabila ternyata pasien dengan gejala demam tersebut ternyata positif COVID-19 di kemudian hari dapat diputus mata rantai penyebarannya lebih awal.

Menurut Hakam protokol sehat telah sering dikumandangkan, terdengar simple, dan seolah mudah dijalankan, namun tidak semuanya dijalankan terutama oleh anak usia muda, oleh karena itu dirinya selalu berpesan untuk jaga jarak, pakai masker jika keluar, dan cuci tangan.

"Saya pun menyampaikan pesan kepada PKFI dan ASKLIN agar teman-teman yang ada di Puskesmas atau di FKTP melakukan sosialisasi mengingat kata kunci dalam protokol kesehatan ini harus disosialisasikan dan dilakukan terus menerus dengan disiplin. Tanpa  hal tersebut mau sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Yang dapat menyelesaikan pandemi ini adalah diri kita sendiri, tidak bisa hanya pemerintah yang berjalan. Mengingat di dalam tatanan kehidupan terdapat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha, dan pewarta diharapkan bisa berkolaborasi," katanya.

Baca juga: Tenaga medis telah jalani tes Swab, peserta JKN-KIS bisa tenang berobat
Baca juga: COVID-19, jam konsultasi di Klinik Mahisi Mulya diperpanjang jadi 24 jam

 

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024