Kudus (ANTARA) - Penyerapan beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) oleh konsumen di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, cenderung mengalami penurunan secara bervariasi, menyusul menurunnya aktivitas masyarakat di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) sehingga berdampak pada permintaan komoditas tersebut di masing-masing SPBU.
"Kami mencatat, permintaan BBM selama tiga bulan terakhir memang ada kecendrungan mengalami penurunan permintaan, meskipun ada yang naik," kata Kepala Bidang Fasilitasi Perdagangan, Promosi, dan Perlindungan Konsumen pada Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Imam Prayitno di Kudus, Rabu.
Ia mencontohkan untuk BBM jenis solar selama tiga bulan, yakni Januari-Februari hingga Maret 2020 terjadi penurunan permintaan.
Pada awal 2020 permintaan mencapai 7,1 juta liter, bulan berikutnya turun menjadi 6,78 juta liter dan Maret 2020 turun lagi menjadi 6,68 juta liter.
Sementara untuk pertalite cenderung berfluktuasi karena bulan Januari 2020 penyalurannya 5,98 juta liter, kemudian Februari 2020 penyalurannya meningkat menjadi 6,17 juta liter dan bulan Maret 2020 justru turun menjadi 5,5 juta liter.
Premium juga berfluktuasi karena bulan Januari 2020 sempat tinggi mencapai 1,7 juta liter, namun bulan Februari 2020 turun menjadi 1,4 juta liter dan bulan Maret 2020 naik menjadi 1,5 juta liter.
Baca juga: Larangan mudik, Pertamina tetap jaga stok BBM & LPG di Jateng
Kondisi serupa juga terjadi pada penyaluran pertamax selama Januari sempat tinggi mencapai 1,8 juta liter, kemudian bulan berikutnya turun menjadi 1,7 juta liter dan Maret 2020 naik tinggi menjadi 2,2 juta liter.
"Kalaupun terjadi penurunan permintaan, merupakan hal wajar karena masyarakat memang disarankan untuk tetap di rumah selama pandemi COVID-19," ujarnya.
Dampaknya, lanjut dia, dengan berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, permintaan BBM juga berkurang karena banyak kendaraan yang tidak digunakan untuk aktivitas.
Untuk solar, kata dia, banyak pula aktivitas truk barang serta bus yang berhenti beroperasi sehingga berdampak pada permintaan solar di SPBU.
Bahkan, lanjut dia, bus juga dilarang beroperasi demi mencegah terjadinya aktivitas mudik sebagai upaya memutus mata rantai penularan corona.
"Pembatasan armada bus untuk jalan antar provinsi maupun antar kota berpengaruh terhadap penyerapan BBM jenis Solar. Termasuk truk, beberapa daerah ada yang melarang untuk masuk ke wilayahnya," jelasnya.
Pemilik SPBU Panjang Kudus Sunaryo membenarkan bahwa sejak pademi COVID-19 memang terjadi penurunan permintaan berbagai jenis BBM hingga kisaran 30-an persen.
Untuk itu, dalam pengajuan pasokan ke PT Pertamina juga dikurangi dengan menyesuaikan tingkat penjualannya.
Baca juga: Pandemi COVID-19, konsumsi BBM turun 18 persen
Baca juga: Pertamina akan perluas layanan pesan antar BBM di Keresidenan Pati
"Kami mencatat, permintaan BBM selama tiga bulan terakhir memang ada kecendrungan mengalami penurunan permintaan, meskipun ada yang naik," kata Kepala Bidang Fasilitasi Perdagangan, Promosi, dan Perlindungan Konsumen pada Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Imam Prayitno di Kudus, Rabu.
Ia mencontohkan untuk BBM jenis solar selama tiga bulan, yakni Januari-Februari hingga Maret 2020 terjadi penurunan permintaan.
Pada awal 2020 permintaan mencapai 7,1 juta liter, bulan berikutnya turun menjadi 6,78 juta liter dan Maret 2020 turun lagi menjadi 6,68 juta liter.
Sementara untuk pertalite cenderung berfluktuasi karena bulan Januari 2020 penyalurannya 5,98 juta liter, kemudian Februari 2020 penyalurannya meningkat menjadi 6,17 juta liter dan bulan Maret 2020 justru turun menjadi 5,5 juta liter.
Premium juga berfluktuasi karena bulan Januari 2020 sempat tinggi mencapai 1,7 juta liter, namun bulan Februari 2020 turun menjadi 1,4 juta liter dan bulan Maret 2020 naik menjadi 1,5 juta liter.
Baca juga: Larangan mudik, Pertamina tetap jaga stok BBM & LPG di Jateng
Kondisi serupa juga terjadi pada penyaluran pertamax selama Januari sempat tinggi mencapai 1,8 juta liter, kemudian bulan berikutnya turun menjadi 1,7 juta liter dan Maret 2020 naik tinggi menjadi 2,2 juta liter.
"Kalaupun terjadi penurunan permintaan, merupakan hal wajar karena masyarakat memang disarankan untuk tetap di rumah selama pandemi COVID-19," ujarnya.
Dampaknya, lanjut dia, dengan berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, permintaan BBM juga berkurang karena banyak kendaraan yang tidak digunakan untuk aktivitas.
Untuk solar, kata dia, banyak pula aktivitas truk barang serta bus yang berhenti beroperasi sehingga berdampak pada permintaan solar di SPBU.
Bahkan, lanjut dia, bus juga dilarang beroperasi demi mencegah terjadinya aktivitas mudik sebagai upaya memutus mata rantai penularan corona.
"Pembatasan armada bus untuk jalan antar provinsi maupun antar kota berpengaruh terhadap penyerapan BBM jenis Solar. Termasuk truk, beberapa daerah ada yang melarang untuk masuk ke wilayahnya," jelasnya.
Pemilik SPBU Panjang Kudus Sunaryo membenarkan bahwa sejak pademi COVID-19 memang terjadi penurunan permintaan berbagai jenis BBM hingga kisaran 30-an persen.
Untuk itu, dalam pengajuan pasokan ke PT Pertamina juga dikurangi dengan menyesuaikan tingkat penjualannya.
Baca juga: Pandemi COVID-19, konsumsi BBM turun 18 persen
Baca juga: Pertamina akan perluas layanan pesan antar BBM di Keresidenan Pati