New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street berakhir turun tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena aksi jual kuat sehari sebelumnya di pasar minyak telah mengguncang investor di pasar ekuitas.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 631,56 poin atau 2,67 persen, menjadi ditutup pada 23.018,88 poin. Indeks S&P 500 turun 86,6 poin atau 3,07 persen, menjadi berakhir di 2.736,56 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup berkurang 297,5 poin atau 3,48 persen, menjadi 8.223,23 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan sektor teknologi jatuh 4,1 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terburuk.

Minyak berjangka terus tertekan pada Selasa (21/4), menyusul penurunan bersejarah di sesi sebelumnya. Minyak berjangka Brent anjlok lagi, memperpanjang kepanikan pasar minyak ke hari kedua, menyusul meningkatnya banjir pasokan minyak mentah global karena pandemi virus corona telah melenyapkan permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni ditutup anjlok 24 persen menjadi 19,33 dolar AS per barel, terendah sejak Februari 2002. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Juni, terperosok 8,86 dolar AS atau 43 persen, menjadi menetap di 11,57 dolar AS per barel.

Kontrak AS untuk Mei, yang kontraknya berakhir pada Selasa (21/4), rebound ke wilayah positif dari kejatuhan yang dalam ke wilayah negatif, naik menjadi 10,01 dolar AS dari penyelesaian hari sebelumnya di minus 37,63 dolar AS.

Persediaan minyak telah meningkat selama berminggu-minggu setelah Arab Saudi dan Rusia pada awal Maret, gagal mencapai kesepakatan tentang perpanjangan pengurangan produksi ketika pandemi virus corona semakin memburuk. Sejak saat itu, penyebaran pandemi telah mengurangi permintaan bahan bakar sekitar 30 persen di seluruh dunia.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, akhirnya mengumumkan pengurangan produksi pada awal April, yang berjumlah hampir 10 persen dari pasokan global. Tetapi dengan ekonomi hampir macet karena penguncian virus corona, itu tidak cukup untuk mengimbangi penurunan permintaan.

Para pedagang memperhatikan gerakan aneh dalam minyak berjangka karena mereka khawatir bahwa kerugian mendalam untuk industri energi akan memukul ekonomi AS lebih jauh, para ahli mencatat.

Baca juga: Harga minyak "nyungsep" lagi, catat penurunan mingguan terbesar sejak 2016

Baca juga: Harga minyak jatuh karena kekhawatiran Virus Corona


Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024