Hal itu disampaikan Ganjar kepada para pengusaha asal Taiwan yang bergabung dalam Taiwan Business Club Central Java saat menerima bantuan alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, Senin.
"Saya titip nasib para karyawan, kalau bisa jangan ada PHK. Meskipun kondisi sekarang seperti ini, semua harus dikomunikasikan baik-baik antara perusahaan dan karyawan. Boleh mengurangi jam kerja, tapi tolong jangan ada PHK," katanya.
Baca juga: Terdampak COVID-19, ribuan karyawan perusahaan di Boyolali dirumahkan
Sejumlah perusahaan, lanjut Ganjar, diminta membuka ruang komunikasi dengan para karyawan tentang kondisi masing-masing.
"Perusahan yang masih bagus dan bisa berjalan, diharapkan tetap mempertahankan karyawan, namun bagi mereka yang sudah merugi, maka harus ada pembicaraan dan duduk bersama dengan karyawan untuk menyelesaikan. Semua harus dibicarakan baik-baik, tidak ada yang saling memaksakan," ujarnya.
Ganjar menyebutkan banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk tetap eksis di tengah pandemi COVID-19, salah satunya adalah menangkap peluang untuk beralih produksi dari garmen menjadi APD.
"Misalnya perusahaan garmen, di Jateng inikan banyak, maka saya dorong untuk mengubah strategi bisnisnya dengan cara membuat APD sebanyak-banyaknya karena semua negara sekarang butuh itu," katanya.
Selain dapat membantu misi kemanusiaan, peralihan itu bisa membuat roda perusahaan tetap bergerak sehingga nasib karyawan yang ada juga menjadi terjamin.
"Itu cara agar perusahaan garmen di Jateng ini bisa terus 'survive'. Kami akan terus mendorong itu," ujarnya.
Harapan Ganjar itu disambut baik oleh salah satu perusahaan garmen di Semarang PT Glory Industrial Semarang yang saat ini selain memroduksi pakaian, juga memproduksi APD untuk penanganan COVID-19.
"Kami juga sudah memproduksi APD sesuai arahan Pak Gubernur, beberapa kami sumbangkan untuk para tenaga medis termasuk yang hari ini kami serahkan," kata Presiden Direktur PT Glory Industrial Semarang Michael Song.
Song menjelaskan bahwa sejak berdiri 2003, pihaknya telah memiliki empat pabrik garmen di Kota Semarang dengan total sebanyak 13.000 karyawan yang bekerja di perusahaannya.
"Sampai sekarang kami belum melakukan PHK, masih jalan terus. Memang kami sudah merasakan dampaknya, banyak orderan yang cancel, tapi kami berusaya untuk tetap mempertahankan karyawan," ujarnya.
Baca juga: Ratusan karyawan sejumlah perusahaan di Batang dirumahkan
Baca juga: 615 pekerja perusahaan di Temanggung dirumahkan akibat COVID-19