Solo (ANTARA) - Wabah virus Corona jenis baru atau COVID-19 memukul rezeki musima para pedagang bunga tabur di Kota Solo karena pada masa "nyadran" jelang Ramadhan, biasanya panen rezeki, namun kali ini tidak.
Sejumlah pedagang bunga tabur di Pasar Kembang Solo, Jawa Tengah, mengaku tidak merasakan dampak positif dari musim sadranan atau tradisi berziarah ke makam leluhur tahun ini akibat merebaknya wabah COVID-19.
"Kalau musim sadranan biasanya saya bisa dapat untung sampai Rp200.000 per hari tetapi kali ini sulit. Bahkan kemarin selama tiga hari dagangan saya tidak laku sama sekali," kata salah satu pedagang asal Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Parmanti di Solo, Selasa.
Akibat terjadinya penurunan penjualan tersebut, dikatakannya, harga bunga tabur pun mengalami penurunan. Menurut dia, jika di hari normal biasanya 1/4 kg bunga tabur harganya sekitar Rp25.000-30.000/kg, untuk saat ini hanya Rp10.000/kg.
"Itupun kalau laku, kalau tidak laku ya sudah saya buang. Kemarin saya setiap hari buang dagangan," katanya.
Menurut dia, kali ini dalam satu hari dia bisa rugi hingga Rp200.000. Meski demikian, ia tetap ingin bertahan berjualan di tengah wabah Covid-19 ini.
"'Nggak' apa-apa, yang penting usaha. Dibanyakin doanya, mudah-mudahan cepat berlalu. Hari ini tadi laku sedikit, cukup kalau buat beli beras," katanya.
Pedagang lain yang juga dari Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali Kodir mengatakan kali ini untuk memperoleh untung Rp50.000/hari saja sulit.
"Kalau pas musim 'nyadran' tahun lalu dalam satu hari saya bisa dapat Rp500.000. Sekarang dapat Rp50.000 saja Alhamdulilah," katanya.
Bahkan, untuk satu keranjang bunga yang dijualnya juga mengalami penurunan harga, yaitu dari kisaran Rp70.000 saat ini hanya Rp30.000.
"Dulu dalam satu hari saya bisa jual sampai 50 keranjang. Kalau sekarang kadang sehari laku, kadang tidak," katanya.
Senada dengan Parmanti, Kodir berharap wabah COVID-19 yang menyebabkan turunnya penjualan dapat segera berlalu sehingga pedagang bisa berjualan kembali dengan normal.
Baca juga: 1.000 tenong meriahkan tradisi nyadran di Kembangsari Temanggung
Baca juga: Waktunya masih nyadran
Sejumlah pedagang bunga tabur di Pasar Kembang Solo, Jawa Tengah, mengaku tidak merasakan dampak positif dari musim sadranan atau tradisi berziarah ke makam leluhur tahun ini akibat merebaknya wabah COVID-19.
"Kalau musim sadranan biasanya saya bisa dapat untung sampai Rp200.000 per hari tetapi kali ini sulit. Bahkan kemarin selama tiga hari dagangan saya tidak laku sama sekali," kata salah satu pedagang asal Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah Parmanti di Solo, Selasa.
Akibat terjadinya penurunan penjualan tersebut, dikatakannya, harga bunga tabur pun mengalami penurunan. Menurut dia, jika di hari normal biasanya 1/4 kg bunga tabur harganya sekitar Rp25.000-30.000/kg, untuk saat ini hanya Rp10.000/kg.
"Itupun kalau laku, kalau tidak laku ya sudah saya buang. Kemarin saya setiap hari buang dagangan," katanya.
Menurut dia, kali ini dalam satu hari dia bisa rugi hingga Rp200.000. Meski demikian, ia tetap ingin bertahan berjualan di tengah wabah Covid-19 ini.
"'Nggak' apa-apa, yang penting usaha. Dibanyakin doanya, mudah-mudahan cepat berlalu. Hari ini tadi laku sedikit, cukup kalau buat beli beras," katanya.
Pedagang lain yang juga dari Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali Kodir mengatakan kali ini untuk memperoleh untung Rp50.000/hari saja sulit.
"Kalau pas musim 'nyadran' tahun lalu dalam satu hari saya bisa dapat Rp500.000. Sekarang dapat Rp50.000 saja Alhamdulilah," katanya.
Bahkan, untuk satu keranjang bunga yang dijualnya juga mengalami penurunan harga, yaitu dari kisaran Rp70.000 saat ini hanya Rp30.000.
"Dulu dalam satu hari saya bisa jual sampai 50 keranjang. Kalau sekarang kadang sehari laku, kadang tidak," katanya.
Senada dengan Parmanti, Kodir berharap wabah COVID-19 yang menyebabkan turunnya penjualan dapat segera berlalu sehingga pedagang bisa berjualan kembali dengan normal.
Baca juga: 1.000 tenong meriahkan tradisi nyadran di Kembangsari Temanggung
Baca juga: Waktunya masih nyadran