Solo (ANTARA) - Transaksi saham di Kota Solo anjlok akibat merebaknya pandemi COVID-19 di beberapa daerah di Indonesia, kata Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Surakarta M Wira Adibrata.

"Nilai transaksi di Kota Solo turunnya sampai lebih dari 50 persen," katanya di Solo, Sabtu.

Sebagai perbandingan, dikatakannya, jika pada tahun lalu saat kondisi normal nilai transaksi dalam satu bulan bisa mencapai angka Rp3 triliun, untuk saat ini tidak sampai di angka Rp1 triliun.

"Bahkan hanya kisaran Rp900 miliar per bulan," katanya.

Ia mengatakan bukan hanya nilai transaksi yang mengalami penurunan tetapi juga jumlah investor yang terus berkurang. Menurut dia, pada kondisi normal biasanya ada penambahan sekitar 400-500 rekening baru di setiap bulannya.

"Meski demikian, kami mencatat sejak bulan Februari hanya ada sekitar 300 investor yang membuka rekening baru," katanya.

Bahkan, pihaknya memprediksi jumlah tersebut akan kembali turun di bulan ini dan beberapa bulan berikutnya.

Saat ini untuk sementara waktu pihaknya juga meniadakan sekolah pasar modal baik yang diselenggarakan di kantor maupun di kampus-kampus. Menurut dia, kondisi tersebut berdampak pada turunnya jumlah investor baru.

Sementara itu terkait dengan transaksi, pihaknya mengimbau agar investor tidak melakukan penjualan panik karena akan memperparah keadaan ekonomi.

"Kondisi ini akan menekan harga-harga saham di pasar modal. Saham akan makin turun, padahal saham yang turun itu bukan karena menunjukkan kinerja yang tidak baik. Banyak perusahaan bagus yang sahamnya turun juga. Penurunan harga saham bisa didukung dengan aksi penjualan panik itu," katanya.
 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024