Kupang (ANTARA) - Sekolah Seminari Menengah Maria Bunda Segala Bangsa mengeluarkan dua siswa kelas XII di sekolah tersebut yang memberikan kotoran manusia kepada 77 adik kelasnya (kelas VII) karena diduga ada yang membuang kotoran tersebut di salah satu lemari kosong kamar tidur unit bina SMP kelas VII.
"Kami ingin luruskan bahwa yang melakukan perbuatan tersebut bukan pembina atau pendamping (Romo dan Frater) tetapi kakak kelas mereka. Dan kaka kelas itu sudah kami keluarkan dari sekolah ini, " kata Pimpinan Sekolah Menengah Seminari Maria Bunda Segala Bangsa , NTT, Maumere RD. Deodatus Du'u k saat dihubungi dari Kupang, Rabu (26/2).
Ia menceritakan kejadian bermula pada tanggal 19 Februari lalu ketika ada salah satu siswa SMP kelas VII yang membuang kotorannya di dalam kantong plastik dan disimpan di dalam lemari kosong di kamar tidur unit SMP kelas VII.
Baca juga: SMA Seminari Mertoyudan gelar sidang akademi istimewa
Pada saat itu dua orang kakak kelas mereka seperti biasa bertugas menjaga kebersihan di kamar tidur unit kelas VII itu kemudian menemukan kotoran tersebut. Pihaknya pun mengumpulkan ke-77 siswa kelas VII itu di kamar tidur tersebut untuk menanyakan hal tersebut.
"Namun tak ada yang mau mengaku. Bahkan berkali-kali mereka dimintai untuk jujur tetap tak ada yang mau mengakuinya sehingga membuat kedua siswa kelas XII itu marah, " tambah dia.
Karena sudah tak bisa menahan emosinya, seorang kakak kelas mengambil kotoran itu menggunakan sendok dan mencocolkan sendok itu ke bibir dari para siswa kelas VII. Namun, kata dia, menurut pengakuan dari para korban mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.
Baca juga: Kesucian Ardhanari Ditampilkan di Seminari Mertoyudan
Usai kejadian tersebut kedua pelajar kelas XII itu meminta adik-adik kelasnya untuk tidak melaporkan hal ini ke siapa-siapa termasuk ke orang tua para korban.
"Kami tahu kejadian ini setelah pada tanggal 21 Februari baru-baru ini seorang korban dan orang tuanya melaporkan hal itu ke kami," ujar dia.
Saat ini, ujar dia dua pelajar seminari kelas XII itu dikeluarkan oleh pihak sekolah setelah manajemen sekolah bersama orang tua wali murid dari 77 siswa itu melakukan pertemuan bersama.
Ia mengatakan secara umum pihak sekolah meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh dua siswa kelas XII tersebut kepada para pelajar kelas VII itu.
""Kami minta maaf dengan kejadian ini. Karena tentu saja merusak nama dan citra seminari kami, " ujar dia.
Bagi dirinya dan lembaga sekolah itu berharap kejadian yang memalukan itu menjadi pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih baik lagi di waktu-waktu yang akan datang.
"Kami ingin luruskan bahwa yang melakukan perbuatan tersebut bukan pembina atau pendamping (Romo dan Frater) tetapi kakak kelas mereka. Dan kaka kelas itu sudah kami keluarkan dari sekolah ini, " kata Pimpinan Sekolah Menengah Seminari Maria Bunda Segala Bangsa , NTT, Maumere RD. Deodatus Du'u k saat dihubungi dari Kupang, Rabu (26/2).
Ia menceritakan kejadian bermula pada tanggal 19 Februari lalu ketika ada salah satu siswa SMP kelas VII yang membuang kotorannya di dalam kantong plastik dan disimpan di dalam lemari kosong di kamar tidur unit SMP kelas VII.
Baca juga: SMA Seminari Mertoyudan gelar sidang akademi istimewa
Pada saat itu dua orang kakak kelas mereka seperti biasa bertugas menjaga kebersihan di kamar tidur unit kelas VII itu kemudian menemukan kotoran tersebut. Pihaknya pun mengumpulkan ke-77 siswa kelas VII itu di kamar tidur tersebut untuk menanyakan hal tersebut.
"Namun tak ada yang mau mengaku. Bahkan berkali-kali mereka dimintai untuk jujur tetap tak ada yang mau mengakuinya sehingga membuat kedua siswa kelas XII itu marah, " tambah dia.
Karena sudah tak bisa menahan emosinya, seorang kakak kelas mengambil kotoran itu menggunakan sendok dan mencocolkan sendok itu ke bibir dari para siswa kelas VII. Namun, kata dia, menurut pengakuan dari para korban mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda.
Baca juga: Kesucian Ardhanari Ditampilkan di Seminari Mertoyudan
Usai kejadian tersebut kedua pelajar kelas XII itu meminta adik-adik kelasnya untuk tidak melaporkan hal ini ke siapa-siapa termasuk ke orang tua para korban.
"Kami tahu kejadian ini setelah pada tanggal 21 Februari baru-baru ini seorang korban dan orang tuanya melaporkan hal itu ke kami," ujar dia.
Saat ini, ujar dia dua pelajar seminari kelas XII itu dikeluarkan oleh pihak sekolah setelah manajemen sekolah bersama orang tua wali murid dari 77 siswa itu melakukan pertemuan bersama.
Ia mengatakan secara umum pihak sekolah meminta maaf atas apa yang dilakukan oleh dua siswa kelas XII tersebut kepada para pelajar kelas VII itu.
""Kami minta maaf dengan kejadian ini. Karena tentu saja merusak nama dan citra seminari kami, " ujar dia.
Bagi dirinya dan lembaga sekolah itu berharap kejadian yang memalukan itu menjadi pembelajaran untuk melakukan pembinaan secara lebih baik lagi di waktu-waktu yang akan datang.