Klaten (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyatakan tanggul jebol yang terjadi di Sungai Gamping, Desa Karangasem, Kecamatan Cawas masih menjadi perhatian.
"Akibat tanggul jebol tersebut setidaknya sekitar 30 hektare sawah masyarakat yang terendam air," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten Sri Yuwana Haris Yulianta di Klaten, Kamis.
Ia mengatakan jebolnya tanggul sungai tersebut sudah terjadi dua kali sejak musim hujan kali ini, salah satunya pada 31 Januari.
Baca juga: Tanggul Sungai Piji Kudus jebol lagi sepanjang 10 meter
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang
Baca juga: Banjir di Pekalongan, satu orang meninggal dan 818 orang mengungsi
Pada saat itu, katanya, sejumlah instansi terkait langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penanganan kedaruratan.
"Saat itu kami menutup jebolnya tanggul tersebut dengan karung yang diisi pasir kemudian dimasukkan pada beronjong kawat. Untuk penanganan kedaruratan ini selesai pada tanggal 8 Februari," katanya.
Meski demikian, tanggul tersebut kembali jebol mengingat air Sungai Gamping yang kembali meluap.
"Sejak Sabtu lalu jebol, sampai saat ini kami masih melakukan penanganan kedaruratan. Untuk panjang tanggul yang jebol sekitar 22 meter dengan ketinggian empat meter," katanya.
Terkait dengan hujan sejak Rabu (19/2) hingga Kamis, katanya, tidak terlalu berpengaruh pada volume air yang ada di beberapa sungai di Klaten.
Baca juga: Rumah roboh tewaskan dua warga Semarang
"Terutama di Sungai Dengkeng yang rawan terjadi luapan, dari pantauan kami ketinggiannya masih di bawah batas atas, yaitu dua meter. Kalau saat ini ketinggiannya masih 1,3 meter," katanya.
Terkait dengan hal itu, pihaknya tetap berharap adanya kewaspadaan masyarakat yang kawasan tinggalnya rawan terkena luapan air.
"Kemarin sempat terjadi di Dukuh Bengkalan, Desa Karangasem. Ketinggian air yang masuk rumah warga sekitar 15-20 cm. Namun saat itu cepat surut," katanya.
Baca juga: 9 desa terendam banjir, Wabup Pekalongan sambangi pengungsi
"Akibat tanggul jebol tersebut setidaknya sekitar 30 hektare sawah masyarakat yang terendam air," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten Sri Yuwana Haris Yulianta di Klaten, Kamis.
Ia mengatakan jebolnya tanggul sungai tersebut sudah terjadi dua kali sejak musim hujan kali ini, salah satunya pada 31 Januari.
Baca juga: Tanggul Sungai Piji Kudus jebol lagi sepanjang 10 meter
Baca juga: Tanggul sungai di Kudus kembali jebol, permukiman warga tergenang
Baca juga: Banjir di Pekalongan, satu orang meninggal dan 818 orang mengungsi
Pada saat itu, katanya, sejumlah instansi terkait langsung terjun ke lapangan untuk melakukan penanganan kedaruratan.
"Saat itu kami menutup jebolnya tanggul tersebut dengan karung yang diisi pasir kemudian dimasukkan pada beronjong kawat. Untuk penanganan kedaruratan ini selesai pada tanggal 8 Februari," katanya.
Meski demikian, tanggul tersebut kembali jebol mengingat air Sungai Gamping yang kembali meluap.
"Sejak Sabtu lalu jebol, sampai saat ini kami masih melakukan penanganan kedaruratan. Untuk panjang tanggul yang jebol sekitar 22 meter dengan ketinggian empat meter," katanya.
Terkait dengan hujan sejak Rabu (19/2) hingga Kamis, katanya, tidak terlalu berpengaruh pada volume air yang ada di beberapa sungai di Klaten.
Baca juga: Rumah roboh tewaskan dua warga Semarang
"Terutama di Sungai Dengkeng yang rawan terjadi luapan, dari pantauan kami ketinggiannya masih di bawah batas atas, yaitu dua meter. Kalau saat ini ketinggiannya masih 1,3 meter," katanya.
Terkait dengan hal itu, pihaknya tetap berharap adanya kewaspadaan masyarakat yang kawasan tinggalnya rawan terkena luapan air.
"Kemarin sempat terjadi di Dukuh Bengkalan, Desa Karangasem. Ketinggian air yang masuk rumah warga sekitar 15-20 cm. Namun saat itu cepat surut," katanya.
Baca juga: 9 desa terendam banjir, Wabup Pekalongan sambangi pengungsi