Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggandeng kalangan aktivis difabel dari berbagai daerah pada pembentukan tim khusus untuk memastikan siswi korban perundungan (bullying) berkebutuhan khusus di Kabupaten Purworejo, tertangani dengan baik oleh pihak yang tepat.

"Kami ingin memastikan korban perundungan yang terjadi di SMP Purworejo tertangani dengan baik," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Jumeri di Semarang, Rabu.

Ia menjelaskan para aktivis difabel tersebut diajak pihaknya untuk memberikan pendampingan psikologi dan memotivasi siswi korban perundungan.

Baca juga: Pemindahan siswa korban perundungan ke SLB runtuhkan falsafah pendidikan inklusif
Baca juga: Cegah terulangnya perundungan, Jateng perbaiki sistem pendidikan

Ia mengungkapkan korban perundungan masih dalam proses pendampingan karena belum mau diajak berbicara.

"Penanganan dan 'asessment' psikologi serta motivasi kita lakukan agar korban kembali giat belajar. Dua hari ini kita istirahatkan agar tidak banyak dikunjungi. Kita telusuri jati diri pelaku maupun korban, Pemprov Jateng akan menangani dengan baik agar tidak dirugikan pendidikannya. Soal hukum ada di kepolisian," ujarnya.

Terkait dengan keputusan mengenai korban perundungan akan bersekolah dimana, pihaknya masih mengkaji berbagai kemungkinan dan berkoordinasi dengan berbagai pihak.

Salah seorang aktivis sekaligus pegiat Rumah Difabel Semarang, Noviana Dibyantari yang mendapat arahan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu, bersama timnya melakukan identifikasi korban perundungan ke Kabupaten Purworejo.

"Pendampingan yang sudah kami lakukan, dengan cara mengajak dialog, menghibur korban, maupun menemui pelaku. Lagi-lagi saya melihat ada proses pembiaran dan ketidakdisiplinan, dan figur yang baik, sehingga terjadi peristiwa itu. Harus ada sentuhan revolusi mental yang kuat kepada anak-anak untuk masa depan," kata Bunda Novi, sapaan akrab Noviana Dibyantari.

Sementara itu, Gubernur Ganjar berencana memperbaiki sistem pendidikan guna mencegah terulangnya kasus perundungan (bullying) di sekolah.

Menurut Ganjar, perundungan siswi di Purworejo beberapa waktu lalu merupakan momentum untuk memperbaiki suatu sistem pendidikan dengan melibatkan semua elemen masyarakat agar bisa merancang sistem yang jauh lebih baik.

Seperti diwartakan, kasus perundungan kembali terjadi di sebuah SMP di Kabupaten Purworejo setelah adanya video rekaman yang viral di media sosial pada Rabu (12/2) malam.

Pada video berdurasi 28 detik tersebut, tampak tiga orang siswa laki-laki merundung seorang siswi perempuan yang tidak berdaya serta hanya menundukkan kepala di mejanya sambil menangis.

Baca juga: Dindik Pekalongan fokus hentikan perundungan pelajar

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024