Magelang (ANTARA) - Tenaga bidang air bersih di Indonesia masih kurang, dari kebutuhan sekitar 200 ribu orang, kini baru ada kurang lebih 55.000 orang, kata Presiden Direktur PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Robert Rerimasie.

"Di Palyja tenaga aktif 2.000 orang melayani 2,5 juta jiwa, kalau penduduk Indonesia sekitar 250 juta mestinya dibutuhkan tenaga di bidang air bersih 200 ribu dan sekarang baru ada 55.000 orang," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut kepada pers usai melakukan kerja sama dan peletakan batu pertama pembangunan ruang praktik unit operasi dan proses di Kampus Akademi Teknik Tirta Wiyata (Akatirta) Magelang. PT Palyja merupakan operator penyediaan dan pelayanan air bersih untuk wilayah barat DKI Jakarta.

"Dengan tenaga bidang air bersih sebanyak 55.000 orang tersebut saya kira tidak efisien kerjanya, karena orang makin pintar, maka saya perkirakan butuh sekitar 150.000 orang tambahannya dan itu mesti ahli kalau mau di seluruh Indonesia ini bisa dilayani oleh air bersih dengan sistem perpipaan," katanya.

Namun, katanya tenaga ahli tersebut tidak ada orangnya, walaupun pemerintah mau mengucurkan uang sebanyak apa pun dan swasta mengucurkan dana untuk investasi, kalau tidak ada manusianya tidak ada gunanya.

"Kebetulan kami pelaku industri, merasakan kesulitan tersebut. Kesulitan kami adalah keahlian di dalam bidang tenaga air bersih dan sanitasi. Itu terasa kelangkaannya," katanya.

Menurut dia memang perlu tenaga bidang air bersih dalam jumlah besar, tanggung jawabnya juga besar.

"Kalau di Akatirta ini jumlah mahasiswa hanya 350 orang, kalau kita menghitung kebutuhan itu berapa banyak, mestinya ada 10 kali dari ini," katanya.

Direktur Akatirta Magelang Suparto Edi Sucahyo mengatakan di perguruan tinggi di Indonesia ada 73 program studi teknik lingkungan, tetapi yang buka program konsentrasi air bersih hanya di Akatirta.

"Jadi baru satu-satunya di Indonesia untuk program konsentrasi air bersih itu di Akatirta," katanya.

Ia menuturkan air bersih itu merupakan kebutuhan hajat hidup yang paling mendasar bagi masyarakat.

"Kita masuk di situ apalagi kita tahu air bersih semakin lama semakin berkurang maka butuh tenaga ahlinya," katanya.

Ia menuturkan program pendidikan di Akatirta adalah vokasi, tenaga yang betul-betul siap pakai, kemampuannya langsung dipraktikkan baik di perusahaan, pemda dan sebagainya.

Edi mengakui belum banyak masyarakat yang mengetahui Akatirta dan yang tahu rata-rata keluarga besar PDAM.

"Sekitar 90 persen mahasiswa kita itu adalah keluarga besar PDAM dari Sabang sampai Meraoke," katanya.

Namun, katanya ada juga mahasiswa Akatirta yang dikirim dari pemerintah daerah misalnya Kabupaten Mentawai merekrut lulusan SLTA kemudian dikirim ke sini, setelah lulus nanti akan dimasukkan sesuai kebutuhan, ada yang di PDAM, amdal, PU untuk sanitasi," katanya.

Ia menyampaikan untuk perekrutan, rata-rata PDAM daerah datang ke Akatirta untuk mengadakan tes di sini, terakhir kemarin dari PDAM Kota Cirebon butuh 10 orang, PDAM Kota Bandung juga mengambil 10 orang, kemudian Palyja kemarin juga merekrut dari sini. 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024