Solo (ANTARA) - Perusahaan Galuh Grup di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berupaya melestarikan budaya Jawa melalui pembukaan gedung teater Grha Purbo Waseso Kencono.
"Kalau tidak segera dimulai, siapa lagi yang peduli dengan budaya Jawa," kata pemilik Galuh Grup One Krisnata pada pembukaan gedung teater itu di Klaten, Senin.
Ia mengatakan melalui pembangunan gedung teater yang layak, diharapkan para kelompok seni pertunjukan, mulai dari sendratari hingga kethoprak, mampu memberikan penampilan yang terbaik.
"Kalau diberikan tempat bermain yang baik, maka mereka akan menampilkan penampilan yang lebih baik lagi," katanya.
Pada pembukaan tersebut juga menampilkan sendratari Roro Jonggrang dengan membawakan cerita yang berangkat dari sebuah renungan dan fakta yang berhasil dikumpulkan di lapangan.
"Jadi keberadaan teater ini bukan hanya ingin menarik wisatawan, tetapi juga menyebarkan sejarah yang sesuai fakta. Bukan lagi dongeng yang akhirnya membuat kita enggan mempelajari sejarah," katanya.
Baca juga: Perpusip Kota Magelang mengembangkan layanan teater mini
Sendratari Roro Jonggrang sendiri diangkat dari kisah Mataram Kuno pada abad ke-10, yaitu di zaman Rakai Pikatan dan Panangkaran dengan latar belakang Kerajaan Prambanan.
Ia mengatakan ada empat tokoh utama yang diangkat pada cerita tersebut. Selain Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ada juga Prabu Triyambaka yang merupakan ayah Roro Jonggrang dan Prabu Damarmaya yang merupakan ayah dari Bandung Bondowoso.
"Untuk penampilan ini kami mengajak para pelaku seni lokal dari Klaten, sedangkan untuk pengajar dan sutradaranya kami melibatkan salah satu dosen ISI Yogyakarta Timbul Haryono," katanya.
Baca juga: Teater tari Yunnan-Tiongkok turut meriahkan Pesta Kesenian Bali 2019
"Kalau tidak segera dimulai, siapa lagi yang peduli dengan budaya Jawa," kata pemilik Galuh Grup One Krisnata pada pembukaan gedung teater itu di Klaten, Senin.
Ia mengatakan melalui pembangunan gedung teater yang layak, diharapkan para kelompok seni pertunjukan, mulai dari sendratari hingga kethoprak, mampu memberikan penampilan yang terbaik.
"Kalau diberikan tempat bermain yang baik, maka mereka akan menampilkan penampilan yang lebih baik lagi," katanya.
Pada pembukaan tersebut juga menampilkan sendratari Roro Jonggrang dengan membawakan cerita yang berangkat dari sebuah renungan dan fakta yang berhasil dikumpulkan di lapangan.
"Jadi keberadaan teater ini bukan hanya ingin menarik wisatawan, tetapi juga menyebarkan sejarah yang sesuai fakta. Bukan lagi dongeng yang akhirnya membuat kita enggan mempelajari sejarah," katanya.
Baca juga: Perpusip Kota Magelang mengembangkan layanan teater mini
Sendratari Roro Jonggrang sendiri diangkat dari kisah Mataram Kuno pada abad ke-10, yaitu di zaman Rakai Pikatan dan Panangkaran dengan latar belakang Kerajaan Prambanan.
Ia mengatakan ada empat tokoh utama yang diangkat pada cerita tersebut. Selain Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso ada juga Prabu Triyambaka yang merupakan ayah Roro Jonggrang dan Prabu Damarmaya yang merupakan ayah dari Bandung Bondowoso.
"Untuk penampilan ini kami mengajak para pelaku seni lokal dari Klaten, sedangkan untuk pengajar dan sutradaranya kami melibatkan salah satu dosen ISI Yogyakarta Timbul Haryono," katanya.
Baca juga: Teater tari Yunnan-Tiongkok turut meriahkan Pesta Kesenian Bali 2019