Semarang (ANTARA) - Pendiri Yayasan Dompet Dhuafa Republika Parni Hadi (PH) menilai K.H. Salahuddin Wahid, akrab dengan sapaan Gus Sholah, adalah seorang cendekiawan muslim, nasionalis yang santun dan moderat.
PH yang pernah sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA kepada wartawan ANTARA di Semarang, Senin, lantas membeberkan kiprah Gus Sholah terkait dengan latar belakang pendirian rumah sakit di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
"Saya berteman akrab dengan (almarhum) Gus Solah sejak akhir 1990-an. Saya biasa memanggil beliau Mas Sholah," kata PH, sapaan akrab Parni Hadi, ketika mengenang almarhum Gus Sholah.
Seperti diwartakan sebelumnya, Dr. Ir. H. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) wafat pada hari Minggu (2/2). Menurut putranya, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Ipang Wahid, ayahandanya mengalami komplikasi sakit jantung setelah sempat menjalani perawatan di RS Harapan Kita, Jakarta.
Baca juga: Wapres: Gus Sholah hebat dalam membangun ukhuwah Islamiyah
Parni Hadi lantas melanjutkan kisahnya bersama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kelahiran Kabupaten Jombang, 11 September 1942, itu ketika berjumpa pada pertemuan di Bina Swadaya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pimpinan Bambang Ismawan, awal tahun 2017.
"Pada saat itu saya mohon Gus Sholah berkenan menjadi pembina Dompet Dhuafa," kata PH yang juga pernah sebagai Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI).
Gus Sholah (berpayung merah) ketika menerima Pendiri Yayasan Dompet Dhuafa Republika Parni Hadi (ketiga dari kanan depan) ketika meninjau lokasi calon RS K.H. Hasyim Asyari, kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. ANTARA/dokumentasi pribadi/Parni Hadi
Setelah itu, PH mengundang Gus Sholah dan istrinya, Nyai Farida, untuk berkunjung ke Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa di Zona Madina. Kunjungan dilakukan pada bulan April 2017 yang dihadiri pula wartawan senior Bambang Wiwoho.
"Setelah melihat RST, beliau tampak puas, kemudian saya berkata kepada beliau: 'Apa berkenan membuat RS serupa di Ponpes Tebuireng, kerja sama ponpes dan Dompet Dhuafa'."
PH melanjutkan, "Beliau setuju, saya dan istri ganti mengunjungi Ponpes Tebuireng pada bulan Mei 2017. Ketika itu saya ditemani beberapa pimpinan Dompet Dhuafa."
Dalam pertemuan di Ponpes Tebuireng, kata PH, hadir pula anggota Keluarga Besar Hasyim Asyari, kemudian disepakati pendirian RS di kompleks ponpes tersebut.
Pertemuan dilanjutkan dengan peninjauan lokasi calon RST di tengah guyuran hujan. Pada acara ini dihadiri pimpinan RRI Madiun dan RRI Surabaya serta staf.
"Karena hujan, kami berpayung ketika berdialog," kisah PH.
Mengakhiri kisahnya bersama Gus Sholah, PH lantas menyampaikan, "Selamat jalan Mas Sholah, salah seorang putra terbaik Indonesia."
Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan duka atas wafatnya Gus Sholah
Baca juga: Gus Ipul: Sikap Gus Sholah hargai perbedaan patut diteladani
PH yang pernah sebagai Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA kepada wartawan ANTARA di Semarang, Senin, lantas membeberkan kiprah Gus Sholah terkait dengan latar belakang pendirian rumah sakit di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
"Saya berteman akrab dengan (almarhum) Gus Solah sejak akhir 1990-an. Saya biasa memanggil beliau Mas Sholah," kata PH, sapaan akrab Parni Hadi, ketika mengenang almarhum Gus Sholah.
Seperti diwartakan sebelumnya, Dr. Ir. H. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) wafat pada hari Minggu (2/2). Menurut putranya, Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau Ipang Wahid, ayahandanya mengalami komplikasi sakit jantung setelah sempat menjalani perawatan di RS Harapan Kita, Jakarta.
Baca juga: Wapres: Gus Sholah hebat dalam membangun ukhuwah Islamiyah
Parni Hadi lantas melanjutkan kisahnya bersama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kelahiran Kabupaten Jombang, 11 September 1942, itu ketika berjumpa pada pertemuan di Bina Swadaya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pimpinan Bambang Ismawan, awal tahun 2017.
"Pada saat itu saya mohon Gus Sholah berkenan menjadi pembina Dompet Dhuafa," kata PH yang juga pernah sebagai Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI).
Setelah itu, PH mengundang Gus Sholah dan istrinya, Nyai Farida, untuk berkunjung ke Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa di Zona Madina. Kunjungan dilakukan pada bulan April 2017 yang dihadiri pula wartawan senior Bambang Wiwoho.
"Setelah melihat RST, beliau tampak puas, kemudian saya berkata kepada beliau: 'Apa berkenan membuat RS serupa di Ponpes Tebuireng, kerja sama ponpes dan Dompet Dhuafa'."
PH melanjutkan, "Beliau setuju, saya dan istri ganti mengunjungi Ponpes Tebuireng pada bulan Mei 2017. Ketika itu saya ditemani beberapa pimpinan Dompet Dhuafa."
Dalam pertemuan di Ponpes Tebuireng, kata PH, hadir pula anggota Keluarga Besar Hasyim Asyari, kemudian disepakati pendirian RS di kompleks ponpes tersebut.
Pertemuan dilanjutkan dengan peninjauan lokasi calon RST di tengah guyuran hujan. Pada acara ini dihadiri pimpinan RRI Madiun dan RRI Surabaya serta staf.
"Karena hujan, kami berpayung ketika berdialog," kisah PH.
Mengakhiri kisahnya bersama Gus Sholah, PH lantas menyampaikan, "Selamat jalan Mas Sholah, salah seorang putra terbaik Indonesia."
Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan duka atas wafatnya Gus Sholah
Baca juga: Gus Ipul: Sikap Gus Sholah hargai perbedaan patut diteladani