Jakarta (ANTARA) - Fenomena angin kencang mulai terjadi di beberapa bagian Indonesia, seperti di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, baru-baru ini yang disebabkan tekanan udara dan topografi lokal, kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati.
"Itu karena kondisi lokal setempat yang dipengaruhi oleh tekanan udara secara lokal dan juga dipengaruhi oleh kondisi topografi di sekitar itu. Meski topografi rata tapi di sekitar banyak tegakan-tegakan misalnya pohon dan bangunan. Itu juga mempengaruhi arah angin," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis.
Sebanyak total 22 siswa di sebuah SMK di Sragen tertimpa bangunan aula berbentuk joglo yang roboh akibat angin kencang dan hujan deras. Sebagian siswa ada yang mengalami luka hingga patah tulang.
Menurut mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu, terdapat beberapa tanda yang bisa diwaspadai masyarakat untuk mengantisipasi kejadian angin kencang. Salah satu tandanya adalah awan yang bertumpuk-tumpuk yang dia andaikan seperti bunga kol atau belalai.
Baca juga: Hujan deras disertai angin kencang lukai 22 siswa SMK Sragen
Bila itu muncul saat langit cerah maka itu merupakan gejala awal dan jika berangsur menggelap maka fenomena angin kencang akan terjadi tidak lama lagi, katanya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kepala BMKG meminta agar masyarakat mewaspadai kondisi-kondisi awan di sekitar dan mengantisipasi dengan langkah praktis seperti memangkas pohon yang dahannya sudah rapuh.
"Siapkan agar tegakan-tegakan misalnya pohon-pohon yang berdahan dan beranting rapuh agar segera dipangkas agar tidak mudah roboh. Baliho-baliho juga agar segera diperiksa agar tidak mudah roboh, begitu juga dengan tiang bangunan, bangunan dan atap genteng," ujar Dwikorita.
BMKG sendiri sudah mengeluarkan peringatan akan potensi terjadinya hujan deras disertai petir dan angin kencang yang akan melanda beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Pulau Jawa dan Sumatera.
Baca juga: Lagi, angin kencang robohkan 5 TPS Pilkades di Kudus
"Itu karena kondisi lokal setempat yang dipengaruhi oleh tekanan udara secara lokal dan juga dipengaruhi oleh kondisi topografi di sekitar itu. Meski topografi rata tapi di sekitar banyak tegakan-tegakan misalnya pohon dan bangunan. Itu juga mempengaruhi arah angin," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis.
Sebanyak total 22 siswa di sebuah SMK di Sragen tertimpa bangunan aula berbentuk joglo yang roboh akibat angin kencang dan hujan deras. Sebagian siswa ada yang mengalami luka hingga patah tulang.
Menurut mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu, terdapat beberapa tanda yang bisa diwaspadai masyarakat untuk mengantisipasi kejadian angin kencang. Salah satu tandanya adalah awan yang bertumpuk-tumpuk yang dia andaikan seperti bunga kol atau belalai.
Baca juga: Hujan deras disertai angin kencang lukai 22 siswa SMK Sragen
Bila itu muncul saat langit cerah maka itu merupakan gejala awal dan jika berangsur menggelap maka fenomena angin kencang akan terjadi tidak lama lagi, katanya.
Untuk menghadapi hal tersebut, Kepala BMKG meminta agar masyarakat mewaspadai kondisi-kondisi awan di sekitar dan mengantisipasi dengan langkah praktis seperti memangkas pohon yang dahannya sudah rapuh.
"Siapkan agar tegakan-tegakan misalnya pohon-pohon yang berdahan dan beranting rapuh agar segera dipangkas agar tidak mudah roboh. Baliho-baliho juga agar segera diperiksa agar tidak mudah roboh, begitu juga dengan tiang bangunan, bangunan dan atap genteng," ujar Dwikorita.
BMKG sendiri sudah mengeluarkan peringatan akan potensi terjadinya hujan deras disertai petir dan angin kencang yang akan melanda beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Pulau Jawa dan Sumatera.
Baca juga: Lagi, angin kencang robohkan 5 TPS Pilkades di Kudus