Pati (ANTARA) - Kampung agro kelapa kopyor yang dipadu dengan kuliner yang dikelola oleh salah satu petani di Desa Kenanti, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ternyata sangat diminati wisatawan dari berbagai daerah di Tanah Air, meskipun lokasinya cukup jauh dari perkotaan.

Menurut pemilik agrowisata kelapa kopyor M. Ismail di Pati, Rabu, ide awal membuat agrowisata kelapa kopyor berasal dari usulan konsumen yang kebetulan sering membeli buah kelapa kopyor miliknya.

Lahan sebelumnya ditanami 50-an pohon kelapa, kemudian membeli lahan baru di Desa Kenanti selyas 650 meter persegi.

Karena lahannya yang sempit, tanaman kelapa yang ditanam dibuat berjajar dengan jarak sekitar 10 meter.

"Sepintas dipandang cukup menarik. Buktinya pelanggan yang datang justru meminta salah satu buahnya diminum di tempat dan mereka juga berswafoto," ujarnya.

Tanpa dipromosikan, ternyata para pelanggan yang datang sudah mempromosikannya sendiri sehingga banyak yang berdatangan untuk membuktikannya sendiri.

Baca juga: Lomba lari efektif promosikan daerah wisata

Dari perbincangan dengan para konsumen, kemudian mereka mengusulkan dibuatkannya warung makan dengan konsep makan di kebun terbuka dengan hanya disediakan meja dan kursi.

Kemudian pada bulan Juli 2019, akhirnya memberanikan diri membuka kuliner di lahan kelapa kopyor yang buka setiap hari.

"Ternyata sambutan masyarakat cukup bagus, terbukti dari berbagai daerah di Tanah Air rela datang ke Dukuhseti demi menikmati kelapa kopyor bisa langsung petik sendiri," ujarnya.

Usia tanaman pohon kelapa yang ditanam di lahan seluas 650 meter persegi tersebut, sekitar 3,5 tahun dan memiliki buah cukup banyak dan bisa dipetik sendiri tanpa harus memanjat.

Pengunjung yang datang ke tempat usahanya yang diberi nama "kampoeng agro kopyor", berasal dari lokal Pati, Bandung, Jakarta, Sumedang, Banyuwangi, Purbalingga, Kudus, dan Rembang.

Ia memperkirakan jumlah pengunjung per harinya hingga ratusan, khususnya akhir pekan bisa mencapai 600-an pengunjung.

"Banyaknya pengunjung, membuat dirinya harus membatasi bahwa pengunjung hanya boleh minum kelapa kopyor di tempat agar semua merasakan karena setiap hari harus menyediakan hingga 200-an buah kelapa kopyor," ujarnya.

Harga jual kelapa kopyor untuk ukuran terkecil Rp35 ribu dan terbesar Rp75 ribu, sedangkan minuman kelapa kopyor dalam gelas ukuran besar dijual Rp20.000.

Karena dia juga ingin memberikan edukasi kepada masyarakat, setiap pengunjung yang datang juga diberikan penjelasan tentang teknik penanaman hingga jenis kelapa kopyor yang ditanam.

"Selain menjual buah kelapa kopyor, saya juga menjual bibit kelapa kopyor," ujarnya.   Karnoto, salah seorang pengunjung asal Jepara mengakui tertarik mengunjungi kampoeng kopyor, selain ingin menikmati suasananya juga ingin membeli bibit kelapanya.

Ia ingin mencoba membudidayakannya di desanya di Batealit, Kabupaten Jepara, yang kebetulan memiliki lahan yang cukup luas.

Susmiyati, pengunjung asal Juwana, Pati mengakui tertarik datang karena jarang ditemukan ada tempat wisata kelapa kopyor bisa langsung memetik dari pohonnya.

"Biasanya hal itu untuk tanaman buah, seperti kelengkeng, jambu atau apel. Tetapi di Dukuhseti ternyata ada kelapa kopyor," ujarnya.

Tanaman kelapa kopyor, lanjut dia, juga tidak bisa ditemukan di semua tempat dan wilayah Pati memang menjadi sentranya sehingga selain berwisata juga ingin menikmati kulinernya.

Baca juga: Lomba lari efektif promosikan daerah wisata

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Wisnu Adhi Nugroho
Copyright © ANTARA 2024