Semarang (ANTARA) - Ajang lomba lari Borobudur Marathon 2019 pada 17 November 2019 bakal memperbesar kue ekonomi warga sekitar daerah wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Rembesan tersebut begitu terasa bagi pemilik penginapan seperti pondokan (homestay) kelas atas, menengah, hingga kelas festival dengan banyaknya pemesanan kamar.
Para pedagang, tukang ojek, pelaku wisata, hingga pemilik galeri bakal menerima rembesan besar dari Borobudur Marathon 2019. Oleh karena itu, sektor perekonomian warga dipastikan bakal bergerak lebih kencang menjelang hingga puncak Borobudur Marathon 2019 sehingga "kue ekonomi" yang diterima warga juga ikut membesar.
Jauh hari sebelum pelaksanaan Borobudur Marathon 2019, semua homestay di Magelang sudah tidak menyisakan kamar alias fully booked.
Menurut Hani Sutrisno, Pengelola Homestay Halal Desa Bahasa di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, kamar-kamar di penginapannya sudah dipesan untuk momentum Borobudur Marathon sejak Agustus lalu.
''Kalau tidak salah, begitu slot peserta Borobudur Marathon ditutup, 3 hari kemudian kamar di homestay kami yang berjumlah sekitar 60 langsung habis dipesan. Kebetulan kami lagi promo waktu itu, yang harga Rp800 ribu menjadi Rp600 ribu/malam, yang Rp600 ribu jadi Rp500 ribu. Bukan hanya kami yang bergembira, homestay di sekitar Borobudur juga penuh,'' kata pelopor Desa Bahasa, yang mengedukasi masyarakat untuk belajar bahasa Inggris tersebut.
Diakui Hani, seperti penginapannya, pihaknya juga mendorong warga untuk menciptakan pelayanan homestay rasa hotel. Artinya, baik pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan sekelas hotel agar tamu merasa nyaman dan kerasan.
Bawa Kemaslahatan
Diakui dia, Bormar memang membawa kemaslahatan bagi warga Magelang, mulai dari ojol, ojek offline, pedagang, pelaku pariwisata, penjual kuliner, dan pengelola homestay.
Event ini, kata dia, merupakan momentum baik yang memberikan stimulus bagus bagi warga Magelang, khususnya yang mengelola penginapan.
''Jika saya diberi uang Rp10 juta untuk mengatakan hal negatif tentang Borobudur Marathon, saya tidak mau, karena memang realitasnya sangat membantu ekonomi warga,'' tegasnya.
Terkait dengan Borobudur Marathon, dia mendorong Pemkab Magelang ikut menginisiasi tumbuhnya homestay-homestay baru mengingat daya jual Borobudur sangat tinggi.
''Berdasarkan informasi teman di Yogyakarta, ada 3.000 orang lebih yang menginap di hotel-hotel di sana setiap ada Borobudur Marathon. Bukan Yogya yang salah tapi Magelang memang belum punya hotel yang banyak. Ini menjadi tantangan pemkab,'' imbuhnya.
Di bagian lain, staf marketing Homestay Halal Nur Aziz menjelaskan pihaknya menyediakan tipe kamar yang bervariasi untuk tamu.
Dia menyebutkan dari kelas capsul dormitory seharga Rp100 ribu, hingga kamar family Rp800 ribu terisi untuk moment Borobudur Marathon.
''Meskipun kami pakai spring bed atau dari bambu, tamu akan kami servis serasa berada di hotel bintang,'' kata Aziz.
Rembesan tersebut begitu terasa bagi pemilik penginapan seperti pondokan (homestay) kelas atas, menengah, hingga kelas festival dengan banyaknya pemesanan kamar.
Para pedagang, tukang ojek, pelaku wisata, hingga pemilik galeri bakal menerima rembesan besar dari Borobudur Marathon 2019. Oleh karena itu, sektor perekonomian warga dipastikan bakal bergerak lebih kencang menjelang hingga puncak Borobudur Marathon 2019 sehingga "kue ekonomi" yang diterima warga juga ikut membesar.
Jauh hari sebelum pelaksanaan Borobudur Marathon 2019, semua homestay di Magelang sudah tidak menyisakan kamar alias fully booked.
Menurut Hani Sutrisno, Pengelola Homestay Halal Desa Bahasa di Dusun Parakan, Desa Ngargogondo, kamar-kamar di penginapannya sudah dipesan untuk momentum Borobudur Marathon sejak Agustus lalu.
''Kalau tidak salah, begitu slot peserta Borobudur Marathon ditutup, 3 hari kemudian kamar di homestay kami yang berjumlah sekitar 60 langsung habis dipesan. Kebetulan kami lagi promo waktu itu, yang harga Rp800 ribu menjadi Rp600 ribu/malam, yang Rp600 ribu jadi Rp500 ribu. Bukan hanya kami yang bergembira, homestay di sekitar Borobudur juga penuh,'' kata pelopor Desa Bahasa, yang mengedukasi masyarakat untuk belajar bahasa Inggris tersebut.
Diakui Hani, seperti penginapannya, pihaknya juga mendorong warga untuk menciptakan pelayanan homestay rasa hotel. Artinya, baik pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan sekelas hotel agar tamu merasa nyaman dan kerasan.
Bawa Kemaslahatan
Diakui dia, Bormar memang membawa kemaslahatan bagi warga Magelang, mulai dari ojol, ojek offline, pedagang, pelaku pariwisata, penjual kuliner, dan pengelola homestay.
Event ini, kata dia, merupakan momentum baik yang memberikan stimulus bagus bagi warga Magelang, khususnya yang mengelola penginapan.
''Jika saya diberi uang Rp10 juta untuk mengatakan hal negatif tentang Borobudur Marathon, saya tidak mau, karena memang realitasnya sangat membantu ekonomi warga,'' tegasnya.
Terkait dengan Borobudur Marathon, dia mendorong Pemkab Magelang ikut menginisiasi tumbuhnya homestay-homestay baru mengingat daya jual Borobudur sangat tinggi.
''Berdasarkan informasi teman di Yogyakarta, ada 3.000 orang lebih yang menginap di hotel-hotel di sana setiap ada Borobudur Marathon. Bukan Yogya yang salah tapi Magelang memang belum punya hotel yang banyak. Ini menjadi tantangan pemkab,'' imbuhnya.
Di bagian lain, staf marketing Homestay Halal Nur Aziz menjelaskan pihaknya menyediakan tipe kamar yang bervariasi untuk tamu.
Dia menyebutkan dari kelas capsul dormitory seharga Rp100 ribu, hingga kamar family Rp800 ribu terisi untuk moment Borobudur Marathon.
''Meskipun kami pakai spring bed atau dari bambu, tamu akan kami servis serasa berada di hotel bintang,'' kata Aziz.