Banyumas (ANTARA) - Warga Desa Sokawera, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menggelar tasyakuran di Situs Tabet Mudal Sari sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia-Nya berupa sumber air yang selalu melimpah airnya meskipun saat kemarau panjang.
Kegiatan yang digelar di Situs Tabet Mudal Sari, Grumbul Banyumudal RW03, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Rabu itu, diisi dengan doa yang dipimpin Kiai Ahmad Zaenuri.
Selanjutnya, Kiai Ahmad Zaenuri menyembelih seekor kambing yang dibawa warga untuk dimasak dan dimakan bersama-sama di sekitar Situs Tabet Mudal Sari. Sebagian daging kambing dibagikan kepada warga sekitar.
Baca juga: Jumlah desa alami kekeringan di Demak diprediksi terus bertambah
Kepala Dusun 1 Desa Sokawera Sulistya mengatakan tasyakuran diikuti warga sekitar, petani, pengguna air, dan Pemerintah Desa Sokawera.
"Kegiatan ini rutin digelar setiap tahun pada hari Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar. Meskipun merupakan tradisi peninggalan leluhur kami, kegiatan ini sempat terhenti cukup lama namun sejak tahun 2016 kami selenggarakan kembali hingga sekarang," kata dia. Ia turut menggagas penghidupan kembali tasyakuran tersebut.
Batuan menyerupai menhir di Situs Tabet Mudal Sari, Grumbul Banyumudal RW 03, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi/Sulistya)
Terkait dengan keberadaaan Situs Tabet Mudal Sari, dia mengatakan berdasarkan cerita turun-temurun, ada dua versi, masing-masing berkaitan dengan situs berupa batuan dan sendang atau sumber air di dekatnya.
Menurut dia, batuan yang menyerupai menhir itu diyakini sebagai petilasan penguasa pantai utara Tegal, yakni Nyi Rantamsari, yang sempat singgah di daerah Sokawera di sisi selatan Gunung Slamet. Gunung Slamet berada di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
"Soalnya dari info sejarah, Nyi Rantamsari ada di mana-mana tapi meninggalkan petilasan di Situs Mudal Sari ini. Makanya di sini sering banyak orang menyepi dengan banyak tujuan, misalnya untuk pertanian, kesuksesan, dan menjadi sinden kalau zaman dulu," katanya.
Versi yang berkaitan dengan sumber air, kata dia, berdasarkan keyakinan masyarakat merupakan peninggalan dua musafir bernama Kiai Sarakerti dan istrinya, Nyai Saragati.
"Saat Kiai Sarakerti dan Nyai Saragati mau bersuci di tempat ini namun ternyata tidak ada air sehingga mereka pun berdoa kepada Yang Maha Kuasa hingga akhirnya dikaruniai sumber air yang tidak pernah kering hingga sekarang," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya melestarikan keberadaan Situs Tabet Mudal Sari agar tidak rusak dan menggelar tasyakuran sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas sumber air yang selalu melimpah airnya.
Baca juga: Sawah empat desa Kabupaten Batang kekeringan
Baca juga: Pemprov Jateng diminta serius selesaikan masalah kekeringan
Kegiatan yang digelar di Situs Tabet Mudal Sari, Grumbul Banyumudal RW03, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Rabu itu, diisi dengan doa yang dipimpin Kiai Ahmad Zaenuri.
Selanjutnya, Kiai Ahmad Zaenuri menyembelih seekor kambing yang dibawa warga untuk dimasak dan dimakan bersama-sama di sekitar Situs Tabet Mudal Sari. Sebagian daging kambing dibagikan kepada warga sekitar.
Baca juga: Jumlah desa alami kekeringan di Demak diprediksi terus bertambah
Kepala Dusun 1 Desa Sokawera Sulistya mengatakan tasyakuran diikuti warga sekitar, petani, pengguna air, dan Pemerintah Desa Sokawera.
"Kegiatan ini rutin digelar setiap tahun pada hari Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar. Meskipun merupakan tradisi peninggalan leluhur kami, kegiatan ini sempat terhenti cukup lama namun sejak tahun 2016 kami selenggarakan kembali hingga sekarang," kata dia. Ia turut menggagas penghidupan kembali tasyakuran tersebut.
Terkait dengan keberadaaan Situs Tabet Mudal Sari, dia mengatakan berdasarkan cerita turun-temurun, ada dua versi, masing-masing berkaitan dengan situs berupa batuan dan sendang atau sumber air di dekatnya.
Menurut dia, batuan yang menyerupai menhir itu diyakini sebagai petilasan penguasa pantai utara Tegal, yakni Nyi Rantamsari, yang sempat singgah di daerah Sokawera di sisi selatan Gunung Slamet. Gunung Slamet berada di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
"Soalnya dari info sejarah, Nyi Rantamsari ada di mana-mana tapi meninggalkan petilasan di Situs Mudal Sari ini. Makanya di sini sering banyak orang menyepi dengan banyak tujuan, misalnya untuk pertanian, kesuksesan, dan menjadi sinden kalau zaman dulu," katanya.
Versi yang berkaitan dengan sumber air, kata dia, berdasarkan keyakinan masyarakat merupakan peninggalan dua musafir bernama Kiai Sarakerti dan istrinya, Nyai Saragati.
"Saat Kiai Sarakerti dan Nyai Saragati mau bersuci di tempat ini namun ternyata tidak ada air sehingga mereka pun berdoa kepada Yang Maha Kuasa hingga akhirnya dikaruniai sumber air yang tidak pernah kering hingga sekarang," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya melestarikan keberadaan Situs Tabet Mudal Sari agar tidak rusak dan menggelar tasyakuran sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas sumber air yang selalu melimpah airnya.
Baca juga: Sawah empat desa Kabupaten Batang kekeringan
Baca juga: Pemprov Jateng diminta serius selesaikan masalah kekeringan