Temanggung (ANTARA) - Memproduksi tembakau "lembutan" (tembakau yang dirajang dengan ukuran kecil) bisa menjadi solusi petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dalam mempertahankan harga tembakau, kata kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung Masrik Amin Zuhdi.
"Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok 23 persen dan kemungkinan harga rokok akan naik 35 persen, hal ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap turunnya harga tembakau, lembutan ini bisa menjadi solusi bagi petani," katanya di Temanggung, Jumat.
Ia menyampaikan hal tersebut usai pembukaan UMKM dan Expo Lembutan Bansari dalam rangkaian Festival Lembutan di Lapangan Desa Bansari, Kecamatan Bansari.
Biasanya di akhir panen raya harga tembakau rajangan kering turun. Namun jika diolah menjadi tembakau lembutan harganya masih bisa stabil.
Bahkan, katanya harga tembakau lembutan bisa lebih tinggi dari harga tembakau rajangan kering biasa. Oleh karena itu pemasaran tembakau lembutan harus semakin diperluas lagi.
"Setiap tahun harga tembakau rajangan kering tidak menentu, apalagi di akhir panen raya. Tembakau lembutan ini solusi yang sangat bagus bagi petani," katanya.
Menurut dia, tembakau lembutan ini mempunyai nilai tawar cukup tinggi, saat ini tembakau lembutan asal Kecamatan Bansari sudah mulai dilirik oleh pengusaha tembakau dari luar pulau seperti Medan, Nusa Tenggara Barat dan sejumlah daerah lainnya.
"Permintaan dari luar daerah sudah mulai ada, jadi petani harus bisa meningkatkan produksi dan kualitasnya, sehingga ke depan tembakau lembutan ini bisa menjadi pilihan bagi petani tembakau," katanya.
Kepala Desa Candisari, Kecamatan Bansari, Ceper Tarwidi mengatakan nilai jual tembakau lembutan lebih baik jika dibandingkan dengan tembakau rajangan kering biasa, satu kilogram tembakau lembutan dijual mulai harga Rp150 ribu hingga Rp400 ribu per kilogram, sedangkan tembakau rajangan kering biasa di tahun ini harganya mulai dari Rp60 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram.
"Jika dilihat dari harga memang tembakau lembutan lebih mahal, namun untuk pemasaran saat ini belum seperti tembakau rajangan kering biasa, karena tembakau lembutan baru dibutuhkan kalangan terbatas, yakni pengemar lintingan" katanya.
Ia menuturkan petani memang harus berusaha lebih maksimal, sehingga tembakau lembutan bisa semakin diminati oleh masyarakat luas, sehingga kebutuhan akan tembakau lembutan semakin tinggi.
Baca juga: Masyarakat lereng Gunung Sindoro gelar Festival Lembutan
"Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok 23 persen dan kemungkinan harga rokok akan naik 35 persen, hal ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap turunnya harga tembakau, lembutan ini bisa menjadi solusi bagi petani," katanya di Temanggung, Jumat.
Ia menyampaikan hal tersebut usai pembukaan UMKM dan Expo Lembutan Bansari dalam rangkaian Festival Lembutan di Lapangan Desa Bansari, Kecamatan Bansari.
Biasanya di akhir panen raya harga tembakau rajangan kering turun. Namun jika diolah menjadi tembakau lembutan harganya masih bisa stabil.
Bahkan, katanya harga tembakau lembutan bisa lebih tinggi dari harga tembakau rajangan kering biasa. Oleh karena itu pemasaran tembakau lembutan harus semakin diperluas lagi.
"Setiap tahun harga tembakau rajangan kering tidak menentu, apalagi di akhir panen raya. Tembakau lembutan ini solusi yang sangat bagus bagi petani," katanya.
Menurut dia, tembakau lembutan ini mempunyai nilai tawar cukup tinggi, saat ini tembakau lembutan asal Kecamatan Bansari sudah mulai dilirik oleh pengusaha tembakau dari luar pulau seperti Medan, Nusa Tenggara Barat dan sejumlah daerah lainnya.
"Permintaan dari luar daerah sudah mulai ada, jadi petani harus bisa meningkatkan produksi dan kualitasnya, sehingga ke depan tembakau lembutan ini bisa menjadi pilihan bagi petani tembakau," katanya.
Kepala Desa Candisari, Kecamatan Bansari, Ceper Tarwidi mengatakan nilai jual tembakau lembutan lebih baik jika dibandingkan dengan tembakau rajangan kering biasa, satu kilogram tembakau lembutan dijual mulai harga Rp150 ribu hingga Rp400 ribu per kilogram, sedangkan tembakau rajangan kering biasa di tahun ini harganya mulai dari Rp60 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram.
"Jika dilihat dari harga memang tembakau lembutan lebih mahal, namun untuk pemasaran saat ini belum seperti tembakau rajangan kering biasa, karena tembakau lembutan baru dibutuhkan kalangan terbatas, yakni pengemar lintingan" katanya.
Ia menuturkan petani memang harus berusaha lebih maksimal, sehingga tembakau lembutan bisa semakin diminati oleh masyarakat luas, sehingga kebutuhan akan tembakau lembutan semakin tinggi.
Baca juga: Masyarakat lereng Gunung Sindoro gelar Festival Lembutan