Semarang (ANTARA) - Kemajuan teknologi digital telah mengubah posisi hubungan orang tua dengan anak, bahkan relasi tersebut kadang terbalik karena orang tua harus belajar dari anak seperti pepatah "kebo nyusu gudel".
Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah K.H. Ahmad Darodji dalam dialog interaktif Ulama Menyapa yang disiarkan langsung TVKU Semarang, Senin.
Dialog interaktif sebagai program MUI Jateng itu menampilkan pula narasumber Rektor UIN Walisongo Prof. K.H. Imam Taufi dengan dipandu dua host Myra Azzahra dan Fitri Kholifa.
Darodji menyebut saat ini banyak orang tua yang minta diajari anaknya, misalnya, terkait teknologi digital. "Maka falsafah era dulu, 'kebo nyusu gudel' kini terjadi dan tidak terelakkan," katanya.
Menurut Darodji, era digital adalah milik generasi masa kini sehingga generasi muda dalam kesehariannya tidak bbisa lepas dari handphone, namun itu bukan hal yang salah.
"Itulah era mereka. Orang tua termasuk para pemimpin harus memahami dan jangan mudah menyalahkan," katanya.
Dalam teknologi informasi, katanya, orang tua belajar banyak dengan anak sebagai sebuah fenomena. Belajar untuk bisa mengoperasionalkan smartphone agar dapat bermedsos dengan baik dan benar.
“Inilah era anak-anak kita saat ini. Jadi tidak perlu malu orang tua belajar dari anak tentang hal-hal kekinian termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti luas,” jelasnya.
Demo patut dihargai
Ditanya tentang tren aksi demo yang marak akhir-akhir di berbagai kota besar di Tanah Air, Darodji menegaskan hal itu sebagai ekspresi dan tanggung jawab mahasiswa terhadap bangsa dan negara yang patut dihargai.
“Mahasiswa demo mahasiswa mengkritisi pemerintah tidak masalah sepanjang caranya benar dan tidak anarkis. Bila terjadi ketegangan sesaat dengan aparat keamanan, itu juga dinamika yang lumrah,” tegasnya.
Pendapat serupa ditegaskan Imam Taufik. Mahasiswa berdemo itu sesuai jatidirinya untuk pendewasaan diri.
Baca juga: Ma'ruf Amin diusulkan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI
Tugas ulama serta dosen, katanya, memberi arahan dan pendampingan agar sesuai koridor. "Demo itu sebagai bentuk kontribusi mahasiswa kepada pemerintah," katanya.
Menurut Imam, demo mahasiswa yang marak di berbagai kota tidak perlu dicurigai, aparat pemerintah juga tidak perlu tersinggung dan marah.
"Sebab demo yang baik, stabilitas tetap terjaga. Jangan ada kekerasan. Mahasiswa tidak berniat mencari musuh," katanya.
Darodji dan Imam kompak memuji demo mahasiswa di Jateng yang berjalan baik dan santun sehingga tanpa kekerasan. Bahkan usai demo, Gubernur beserta mahasiswa bersama-sama membersihkan sampah yang berserakan.
“Suasana kondusif seperti ini patut dicontoh daerah-daerah lain. Mereka perlu belajar dengan Jawa Tengah,” demikian Ahmad Darodji.
Baca juga: MUI Jateng: "People power" hanya pernyataan emosi sesaat
Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah K.H. Ahmad Darodji dalam dialog interaktif Ulama Menyapa yang disiarkan langsung TVKU Semarang, Senin.
Dialog interaktif sebagai program MUI Jateng itu menampilkan pula narasumber Rektor UIN Walisongo Prof. K.H. Imam Taufi dengan dipandu dua host Myra Azzahra dan Fitri Kholifa.
Darodji menyebut saat ini banyak orang tua yang minta diajari anaknya, misalnya, terkait teknologi digital. "Maka falsafah era dulu, 'kebo nyusu gudel' kini terjadi dan tidak terelakkan," katanya.
Menurut Darodji, era digital adalah milik generasi masa kini sehingga generasi muda dalam kesehariannya tidak bbisa lepas dari handphone, namun itu bukan hal yang salah.
"Itulah era mereka. Orang tua termasuk para pemimpin harus memahami dan jangan mudah menyalahkan," katanya.
Dalam teknologi informasi, katanya, orang tua belajar banyak dengan anak sebagai sebuah fenomena. Belajar untuk bisa mengoperasionalkan smartphone agar dapat bermedsos dengan baik dan benar.
“Inilah era anak-anak kita saat ini. Jadi tidak perlu malu orang tua belajar dari anak tentang hal-hal kekinian termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti luas,” jelasnya.
Demo patut dihargai
Ditanya tentang tren aksi demo yang marak akhir-akhir di berbagai kota besar di Tanah Air, Darodji menegaskan hal itu sebagai ekspresi dan tanggung jawab mahasiswa terhadap bangsa dan negara yang patut dihargai.
“Mahasiswa demo mahasiswa mengkritisi pemerintah tidak masalah sepanjang caranya benar dan tidak anarkis. Bila terjadi ketegangan sesaat dengan aparat keamanan, itu juga dinamika yang lumrah,” tegasnya.
Pendapat serupa ditegaskan Imam Taufik. Mahasiswa berdemo itu sesuai jatidirinya untuk pendewasaan diri.
Baca juga: Ma'ruf Amin diusulkan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI
Tugas ulama serta dosen, katanya, memberi arahan dan pendampingan agar sesuai koridor. "Demo itu sebagai bentuk kontribusi mahasiswa kepada pemerintah," katanya.
Menurut Imam, demo mahasiswa yang marak di berbagai kota tidak perlu dicurigai, aparat pemerintah juga tidak perlu tersinggung dan marah.
"Sebab demo yang baik, stabilitas tetap terjaga. Jangan ada kekerasan. Mahasiswa tidak berniat mencari musuh," katanya.
Darodji dan Imam kompak memuji demo mahasiswa di Jateng yang berjalan baik dan santun sehingga tanpa kekerasan. Bahkan usai demo, Gubernur beserta mahasiswa bersama-sama membersihkan sampah yang berserakan.
“Suasana kondusif seperti ini patut dicontoh daerah-daerah lain. Mereka perlu belajar dengan Jawa Tengah,” demikian Ahmad Darodji.
Baca juga: MUI Jateng: "People power" hanya pernyataan emosi sesaat