Wamena (ANTARA) - TNI AU menindak tegas oknum yang melakukan pemerasan terhadap pengungsi kerusuhan Jayawijaya, Provinsi Papua, yang hendak menggunakan jasa penerbangan pesawat Hercules.
Kepala Detasemen TNI AU Wamena, Mayor PNB Arief Jadmiko, di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Jumat, mengatakan tidak memungut biaya dari warga yang hendak mengungsi dengan Hercules
"Kami sudah sampaikan bahwa tidak dipungut biaya, meskipun terus terang kami sudah dapat calo yang mengambil Rp500.000 hingga Rp1.500.000 per-orang," katanya.
Ia mengatakan pungutan liar (pungli) itu terjadi di luar lingkungan detasemen. "Setiap hari kami sampaikan kepada warga bahwa ini bantuan angkutan udara untuk kemanusiaan, sehingga tidak dipungut biaya," katanya.
Baca juga: Polri: Korban tewas di Wamena 23 orang
Sejak Selasa (24/9), TNI AU memberikan tumpangan gratis bagi warga yang hendak keluar dari Jayawijaya dan jumlah itu terus saja bertambah banyak.
"Diperkirakan jumlahnya sudah menurun pada tiga hari terakhir, tetapi kenyataannya sejak pagi tadi sudah berkumpul hampir 1.500 warga yang meminta keluar dari Wamena," katanya.
Akibat kapasitas Hercules yang hanya bisa memuat 160 hingga 170 orang sekali terbang, sebagian warga harus mengantre selama tiga hingga empat hari.
"Kapasitas angkutnya demikian, tetapi karena yang diangkut adalah anak-anak dan perempuan sehingga kita tidak terlalu memuat banyak, agar jangan sampai ibu yang membawa bayi terjepit," katanya.
Baca juga: Papua Terkini - Korban tewas kericuhan Wamena jadi 30 orang
Ia mengharapkan Menteri Perhubungan membantu agar warga tidak kesulitan mendapat akses ke luar dari Jayawijaya.
"Kiranya ada keputusan untuk maskapai sipil bisa membantu, khususnya yang beroperasi di Wamena," katanya.
Berdasarkan pantauan, sekitar ratusan warga memadati Bandara Kargo, bahkan ada yang mengaku sudah tiga hari menunggu giliran. Warga yang hendak mengungsi terdiri dari warga Papua maupun non Papua.
Kepala Detasemen TNI AU Wamena, Mayor PNB Arief Jadmiko, di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Jumat, mengatakan tidak memungut biaya dari warga yang hendak mengungsi dengan Hercules
"Kami sudah sampaikan bahwa tidak dipungut biaya, meskipun terus terang kami sudah dapat calo yang mengambil Rp500.000 hingga Rp1.500.000 per-orang," katanya.
Ia mengatakan pungutan liar (pungli) itu terjadi di luar lingkungan detasemen. "Setiap hari kami sampaikan kepada warga bahwa ini bantuan angkutan udara untuk kemanusiaan, sehingga tidak dipungut biaya," katanya.
Baca juga: Polri: Korban tewas di Wamena 23 orang
Sejak Selasa (24/9), TNI AU memberikan tumpangan gratis bagi warga yang hendak keluar dari Jayawijaya dan jumlah itu terus saja bertambah banyak.
"Diperkirakan jumlahnya sudah menurun pada tiga hari terakhir, tetapi kenyataannya sejak pagi tadi sudah berkumpul hampir 1.500 warga yang meminta keluar dari Wamena," katanya.
Akibat kapasitas Hercules yang hanya bisa memuat 160 hingga 170 orang sekali terbang, sebagian warga harus mengantre selama tiga hingga empat hari.
"Kapasitas angkutnya demikian, tetapi karena yang diangkut adalah anak-anak dan perempuan sehingga kita tidak terlalu memuat banyak, agar jangan sampai ibu yang membawa bayi terjepit," katanya.
Baca juga: Papua Terkini - Korban tewas kericuhan Wamena jadi 30 orang
Ia mengharapkan Menteri Perhubungan membantu agar warga tidak kesulitan mendapat akses ke luar dari Jayawijaya.
"Kiranya ada keputusan untuk maskapai sipil bisa membantu, khususnya yang beroperasi di Wamena," katanya.
Berdasarkan pantauan, sekitar ratusan warga memadati Bandara Kargo, bahkan ada yang mengaku sudah tiga hari menunggu giliran. Warga yang hendak mengungsi terdiri dari warga Papua maupun non Papua.