Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan penerapan elektronifikasi transaksi atau sistem pembayaran elektronik tumbuh positif seiring dengan sosialisasi yang terus dilakukan kepada masyarakat.
"Elektronifikasi di Soloraya sudah cukup baik, kita sudah punya e-pajak sejak 2017, e-parkir 2017, e-ujikir dan e-retribusi sejak 2018," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono di Solo, Selasa.
Ia mengatakan untuk e-retribusi ini sudah diterapkan di 18 pasar tradisional di Kota Solo. Ia mengatakan pada praktiknya, BI tidak hanya melibatkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) tetapi juga Himpunan Bank Negara (Himbara) dan BCA.
"Pada prinsipnya elektronifikasi ini memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Tinggal saat ini upaya BI untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya mengingat rendahnya literasi digital masyarakat," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya secara masif melakukan sosialisasi terkait Gerakan Nasional Nontunai (GNNT), baik itu digital ekonomi maupun transaksi nontunai.
Sementara itu, berdasarkan data BI jumlah kartu uang elektronik yang sudah tersebar di masyarakat mengalami kenaikan. Ia mengatakan jika pada tahun 2018 jumlah kartu yang tersebar di masyarakat sebanyak 178.636.972 kartu, untuk tahun ini hingga bulan Juni 2019 sudah sebanyak 189.721.774 kartu.
Terkait transaksi nontunai atau Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) per Juli 2019, dikatakannya ada sebanyak 6.473.075 transaksi dengan nilai Rp74,384 triliun secara nasional.
Dari data tersebut, artinya jumlah transaksi nontunai atau dengan cara transfer meningkat. Meski begitu, pihaknya masih merasa literasi keuangan digital di masyarakat masih harus ditingkatkan.
"Kalau dibandingkan tahun lalu periode yang sama, transaksinya Rp10,45 triliun," katanya.
"Elektronifikasi di Soloraya sudah cukup baik, kita sudah punya e-pajak sejak 2017, e-parkir 2017, e-ujikir dan e-retribusi sejak 2018," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono di Solo, Selasa.
Ia mengatakan untuk e-retribusi ini sudah diterapkan di 18 pasar tradisional di Kota Solo. Ia mengatakan pada praktiknya, BI tidak hanya melibatkan Bank Pembangunan Daerah (BPD) tetapi juga Himpunan Bank Negara (Himbara) dan BCA.
"Pada prinsipnya elektronifikasi ini memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Tinggal saat ini upaya BI untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya mengingat rendahnya literasi digital masyarakat," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya secara masif melakukan sosialisasi terkait Gerakan Nasional Nontunai (GNNT), baik itu digital ekonomi maupun transaksi nontunai.
Sementara itu, berdasarkan data BI jumlah kartu uang elektronik yang sudah tersebar di masyarakat mengalami kenaikan. Ia mengatakan jika pada tahun 2018 jumlah kartu yang tersebar di masyarakat sebanyak 178.636.972 kartu, untuk tahun ini hingga bulan Juni 2019 sudah sebanyak 189.721.774 kartu.
Terkait transaksi nontunai atau Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) per Juli 2019, dikatakannya ada sebanyak 6.473.075 transaksi dengan nilai Rp74,384 triliun secara nasional.
Dari data tersebut, artinya jumlah transaksi nontunai atau dengan cara transfer meningkat. Meski begitu, pihaknya masih merasa literasi keuangan digital di masyarakat masih harus ditingkatkan.
"Kalau dibandingkan tahun lalu periode yang sama, transaksinya Rp10,45 triliun," katanya.