Kudus (ANTARA) - Sejumlah petani asal Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, datangi Kantor Unit Pelaksana Teknis Pengairan Wilayah I di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, untuk meminta bantuan air irigasi dari Bendungan Logung, Kamis.
Alasan petani asal Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati mendatangi kantor UPT Pengairan Wilayah I karena banyak petani di desa setempat yang membutuhkan suplai air irigasi untuk tanaman padi.
"Jika tidak ada suplai air irigasi, maka akan banyak areal tanaman padi yang gagal panen," kata Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Jambean Kidul Kamelan ditemui usai audiensi dengan Koordinator Kelompok Pengelola Air BPSDA Seluna Edi Iswanto di Kantor UPT Pengairan Wilayah I di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Kamis.
Ia mengakui sudah berkoordinasi dengan beberapa P3A, seperti dengan Gondoharum maupun dengan P3A dari daerah lain yang selama ini mendapatkan suplai air irigasi dari Bendungan Logung.
Baca juga: Pengolahan air baku dari Bendungan Logung bakal dikelola swasta
Selama ini, kata dia, petani di Desa Jambean Kidul mendapatkan air irigasi dari Sungai Juwana, namun saat sekarang airnya tidak ada, sedangkan di desa setempat terdapat 150 hektare areal sawah yang ditanami padi dengan usia antara 60-80 hari.
Ia mengungkapkan sudah ada areal tanaman padi yang mengalami puso karena tidak ada pasokan air sama sekali.
Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan tanaman padi petani, dengan meminta bantuan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serang, Lusi, dan Juana (Seluna) agar mendapatkan pasokan air irigasi dari Bendungan Logung yang kebetulan bisa dialirkan hingga ke Desa Jambean Kidul.
Nadi, petani asal Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kudus juga mengaku membutuhkan bantuan air irigasi untuk areal sawahnya di Desa Gondoharum yang juga berdekatan dengan Desa Jambean.
"Jika tidak mendapatkan suplai air yang cukup, khawatir puso karena usianya sudah 80-an hari," ujarnya.
Baca juga: Air baku dari Bendungan Logung segera dimanfaatkan PDAM Kudus
Sementara itu, Koordinator Kelompok Pengelola Air BPSDA Seluna Edi Iswanto mengungkapkan sebelumnya sudah ada peringatan bahwa musim tanam ketiga tidak ada yang menanam padi, namun petani mencoba memanfaatkan air dari Bendungan Logung yang sebenarnya memang tahap pengosongan.
"Kami sudah membagi air irigasi untuk wilayah Timur dan Barat dengan persentase 30 persen dan 70 persen," ujarnya.
Terkait permohonan bantuan air dari petani di Desa Bulungcangkring dan Jambean Kidul, akan diupayakan karena sebelumnya juga petani di Desa Jojo juga meminta hal serupa demi menyelamatkan tanaman padinya.
Hanya saja, kata dia, dirinya tidak bisa memutuskan karena harus digelar pertemuan antara gabungan P3A dengan sejumlah pemangku kepentingan.
Untuk wilayah Logung Barat terdapat 250 hektare lahan areal sawah, sedangkan di wilayah Timur mencapai 538 hektare.
Baca juga: Pemkab susun DED pengembangan wisata Bendungan Logung
Baca juga: Mayoritas warga terdampak Bendungan Logung mulai cairkan dana konsinyasi
Alasan petani asal Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati mendatangi kantor UPT Pengairan Wilayah I karena banyak petani di desa setempat yang membutuhkan suplai air irigasi untuk tanaman padi.
"Jika tidak ada suplai air irigasi, maka akan banyak areal tanaman padi yang gagal panen," kata Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Jambean Kidul Kamelan ditemui usai audiensi dengan Koordinator Kelompok Pengelola Air BPSDA Seluna Edi Iswanto di Kantor UPT Pengairan Wilayah I di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Kamis.
Ia mengakui sudah berkoordinasi dengan beberapa P3A, seperti dengan Gondoharum maupun dengan P3A dari daerah lain yang selama ini mendapatkan suplai air irigasi dari Bendungan Logung.
Baca juga: Pengolahan air baku dari Bendungan Logung bakal dikelola swasta
Selama ini, kata dia, petani di Desa Jambean Kidul mendapatkan air irigasi dari Sungai Juwana, namun saat sekarang airnya tidak ada, sedangkan di desa setempat terdapat 150 hektare areal sawah yang ditanami padi dengan usia antara 60-80 hari.
Ia mengungkapkan sudah ada areal tanaman padi yang mengalami puso karena tidak ada pasokan air sama sekali.
Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan tanaman padi petani, dengan meminta bantuan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Serang, Lusi, dan Juana (Seluna) agar mendapatkan pasokan air irigasi dari Bendungan Logung yang kebetulan bisa dialirkan hingga ke Desa Jambean Kidul.
Nadi, petani asal Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kudus juga mengaku membutuhkan bantuan air irigasi untuk areal sawahnya di Desa Gondoharum yang juga berdekatan dengan Desa Jambean.
"Jika tidak mendapatkan suplai air yang cukup, khawatir puso karena usianya sudah 80-an hari," ujarnya.
Baca juga: Air baku dari Bendungan Logung segera dimanfaatkan PDAM Kudus
Sementara itu, Koordinator Kelompok Pengelola Air BPSDA Seluna Edi Iswanto mengungkapkan sebelumnya sudah ada peringatan bahwa musim tanam ketiga tidak ada yang menanam padi, namun petani mencoba memanfaatkan air dari Bendungan Logung yang sebenarnya memang tahap pengosongan.
"Kami sudah membagi air irigasi untuk wilayah Timur dan Barat dengan persentase 30 persen dan 70 persen," ujarnya.
Terkait permohonan bantuan air dari petani di Desa Bulungcangkring dan Jambean Kidul, akan diupayakan karena sebelumnya juga petani di Desa Jojo juga meminta hal serupa demi menyelamatkan tanaman padinya.
Hanya saja, kata dia, dirinya tidak bisa memutuskan karena harus digelar pertemuan antara gabungan P3A dengan sejumlah pemangku kepentingan.
Untuk wilayah Logung Barat terdapat 250 hektare lahan areal sawah, sedangkan di wilayah Timur mencapai 538 hektare.
Baca juga: Pemkab susun DED pengembangan wisata Bendungan Logung
Baca juga: Mayoritas warga terdampak Bendungan Logung mulai cairkan dana konsinyasi