Solo (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyatakan hingga saat ini jalur KA yang menghubungkan Solo-Wonogiri belum steril karena masih tingginya aktivitas masyarakat yang dilakukan di sekitar rel.
"Hampir semuanya belum steril, mungkin sekitar 90 persennya," kata Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta Eko Budiyanto di sela kegiatan Rail Clinic di Stasiun Solo Kota, Kamis.
Ia mengatakan hingga saat ini masih banyak bangunan yang berdekatan dengan rel. Terkait hal itu, ia berharap masyarakat sadar untuk memindahkan bangunannya.
"Daripada dioprak-oprak pemerintah, misalnya untuk jalur ganda atau ada penambahan frekuensi KA karena itu kan bukan area mukim dan itu lahan milik KAI," katanya.
Baca juga: Pemerintah kaji reaktivasi jalur KA Jateng-Jogja
Ia juga meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas di dekat atau di atas rel KA karena tentu mengganggu operasional KA yang lewat.
"Paling tidak jangan menjemur pakaian, menjemur padi, dan jalan-jalan di sekitar rel," katanya.
Ia mengatakan akibat banyaknya aktivitas maupun bangunan milik warga yang letaknya berhimpitan dengan rel, untuk kecepatan KA yang melintas tidak bisa tinggi, yaitu maksimal 30 km/jam.
Sementara itu, dikatakannya, hingga saat ini baru ada satu KA yang melintasi rute tersebut, yaitu KA Batara Kresna yang menghubungkan Stasiun Purwosari dengan Stasiun Wonogiri.
Ia mengatakan KA Batara Kresna yang merupakan KA perintis, operasionalnya masih didanai oleh pemerintah. Tidak menutup kemungkinan suatu saat rute ini akan dikembangkan sehingga makin banyak KA yang melintas.
Ia mengatakan untuk KA yang menempuh jarak sekitar 30 km ini beroperasi dua kali sehari dengan harga tiket Rp4.000/penumpang.
Baca juga: Jalur KA Semarang-Lasem ddiharapkan dihidupkan lagi
Baca juga: Ganjar: Reaktivasi jalur KA jalan terus
"Hampir semuanya belum steril, mungkin sekitar 90 persennya," kata Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta Eko Budiyanto di sela kegiatan Rail Clinic di Stasiun Solo Kota, Kamis.
Ia mengatakan hingga saat ini masih banyak bangunan yang berdekatan dengan rel. Terkait hal itu, ia berharap masyarakat sadar untuk memindahkan bangunannya.
"Daripada dioprak-oprak pemerintah, misalnya untuk jalur ganda atau ada penambahan frekuensi KA karena itu kan bukan area mukim dan itu lahan milik KAI," katanya.
Baca juga: Pemerintah kaji reaktivasi jalur KA Jateng-Jogja
Ia juga meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas di dekat atau di atas rel KA karena tentu mengganggu operasional KA yang lewat.
"Paling tidak jangan menjemur pakaian, menjemur padi, dan jalan-jalan di sekitar rel," katanya.
Ia mengatakan akibat banyaknya aktivitas maupun bangunan milik warga yang letaknya berhimpitan dengan rel, untuk kecepatan KA yang melintas tidak bisa tinggi, yaitu maksimal 30 km/jam.
Sementara itu, dikatakannya, hingga saat ini baru ada satu KA yang melintasi rute tersebut, yaitu KA Batara Kresna yang menghubungkan Stasiun Purwosari dengan Stasiun Wonogiri.
Ia mengatakan KA Batara Kresna yang merupakan KA perintis, operasionalnya masih didanai oleh pemerintah. Tidak menutup kemungkinan suatu saat rute ini akan dikembangkan sehingga makin banyak KA yang melintas.
Ia mengatakan untuk KA yang menempuh jarak sekitar 30 km ini beroperasi dua kali sehari dengan harga tiket Rp4.000/penumpang.
Baca juga: Jalur KA Semarang-Lasem ddiharapkan dihidupkan lagi
Baca juga: Ganjar: Reaktivasi jalur KA jalan terus