Semarang (ANTARA) - Demonstrasi ratusan pengemudi taksi online GoCar yang berlangsung ricuh, Rabu (7/8) di depan Kantor Gojek Semarang bisa mempersulit terjadinya kesepakatan kedua belah pihak, kata pengamat ekonomi Ardito Bhinadi.

Pasalnya, katanya dalam siaran pers yang diterima di Semarang, Kamis, ketika proses negosiasi berlangsung emosional maka kesepakatan akan sulit dicapai.

Ardito menyatakan mitra (pengemudi) harus menggunakan akal sehat dan menempuh komunikasi yang baik sehingga kemitraan kedua belah pihak dapat terjaga.

"Gejolak itu wajar ketika apa yang selama ini dinikmati menjadi hilang. Hanya saja, di dalam proses negosiasi harus mencapai win win solution (saling menguntungkan)," kata dosen UPN Yogyakarta itu.

Akan tetapi, katanya, ketika kemudian salah satu atau bahkan kedua belah pihak melibatkan emosional yang tinggi atau cenderung tidak kondusif maka akan makin jauh dari titik kesepakatan.

Baca juga: Gojek: Aksi di Semarang tak sesuai prinsip kemitraan

Menurut Ardito, hak pendapatan driver itu sebenarnya sudah dirangkum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118/2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus, sedangkan terkait bonus atau insentif banyak variabel yang menentukan, yang sebetulnya merupakan hak dari aplikator itu sendiri.

Gojek, menurut dia, sudah baik dalam mengomunikasikan hal ini karena Gojek memiliki wadah kopdar (kopi darat/jumpa langsung) sebagai sarana komunikasi dua arah antara mitra dan Gojek. 

Namun, Ardito menekankan bahwa selain sosialisasi terkait insentif, Gojek juga turut serta memberikan tips dan trik agar mitranya tetap mendapatkan pendapatan yang berkelanjutan.  

Aplikator juga harus menekankan bahwa kebijakan pemerintah ini memiliki peluang pendapatan yang lebih besar.

"Jadi perlu dikomunikasikan lagi dengan baik sehingga bukan semata-mata bahwa ini sudah kebijakan pemerintah sehingga ada perubahan yang memaksa kami mengadakan penggantian insentif ataupun bonus. Sosialisasikan bahwa ada perubahan strategi, kalau dulu kejar bonus dan insentif sekarang kejar pendapatan permanen," katanya. 

Termasuk, katanya, cara mengambil pesanan agar pendapatan tidak turun. "Nggak lagi bergantung kepada bonus dan insentif yang besarannya tidak dalam kendali kita, tapi dalam kendali otoritas aplikator," katanya.

Baca juga: Didemo, Gojek temui mitra pengemudi

Tak perlu khawatir

Ardito juga menyampaikan bahwa driver tak perlu khawatir berlebihan. Sebab, dengan skema baru tersebut ada potensi pendapatan lain yang bisa didapat, yaitu tips dari konsumen. Tips akan didapat manakala driver melayani penumpang dengan baik.

“Menjadi driver yang profesional, memiliki sikap dan perilaku yang baik akan membuka pintu-pintu rezeki, di antaranya ya lewat tips. Nilai total tips yang diberikan konsumen pada driver ini diduga mencapai miliaran rupiah,” ujarnya.

Menurutnya, driver juga masih memiliki kesempatan meningkatkan pendapatan. Apalagi skema baru yang dirilis Gojek sudah mengacu aturan pemerintah yang berlaku.

“Saya pikir dengan adanya kebijakan pemerintah ini, sebuah keniscayaan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh profesi apa pun, termasuk driver ojek online. Karena perubahan itu pasti ada," katanya. 

Yang kemudian perlu dilakukan, menurut dia, adalah dengan adanya perubahan tarif, dengan tarif yang lebih mahal dan dengan jarak yang sama dia akan memperoleh pendapatan yang lebih besar. 

"Akan tetapi di sisi lain bonus-bonus yang selama ini diberikan aplikator akan berkurang karena penyesuaian dengan aturan pemerintah," demikian Ardito. ***

Baca juga: Demi kesinambungan "income" mitra, aplikator bisa pangkas insentif
Baca juga: Aksi damai mitra Gojek disusupi provokator
 

Pewarta : Zaenal
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024