Purwokerto (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengatakan tanaman padi seluas 500 hektare di sejumlah wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami puso akibat kekeringan.
"Tanaman padi yang mengalami puso itu di antaranya berada di Kecamatan Lumbir, Gumelar, Jatilawang, dan Purwojati karena merupakan sawah tadah hujan. Purwojati yang paling banyak," kata Widarso di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Menurut dia, sebagian besar tanaman padi sawah tadah hujan di Kabupaten Banyumas yang total luasnya mencapai kisaran 7.500 hektare, masih bisa dipanen.
Selain itu, kata dia, tanaman padi di area persawahan yang menggunakan irigasi teknis tidak terkendala kekeringan akibat musim kemarau karena masa tanamnya sudah terpola.
"Total potensi panen di Kabupaten Banyumas pada musim tanam kali ini sekitar 30.000 hektare," katanya.
Baca juga: Tingkatkan kualitas padi, Bulog bersinergi dengan UNS
Ia mengakui jika banyak petani sawah tadah hujan yang kecele karena mereka mengira masih ada hujan saat musim kemarau seperti tahun-tahun sebelumnya.
Akan tetapi ternyata, kata dia, musim kemarau kali ini benar-benar kering sehingga banyak sawah tadah hujan yang mengalami kekeringan.
Terkait dengan hal itu, Widarso mengatakan sebagian petani memanfaatkan sawahnya baik yang tadah hujan maupun irigasi teknis, untuk menanam palawija.
"Dari pantauan kami, luasan tanaman palawija khususnya kedelai hingga saat ini mencapai kisaran 1.000 hektare, sedangkan kacang hijau dan sebagainya hanya sedikit," katanya.
Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bulan Agustus diprakirakan sebagai puncak musim kemarau di wilayah Jawa Tengah.
Baca juga: SLI di Temanggung tingkatkan hasil panen padi 9,7 persen
Baca juga: Padi gogo jadi alternatif musim tanam ketiga
"Tanaman padi yang mengalami puso itu di antaranya berada di Kecamatan Lumbir, Gumelar, Jatilawang, dan Purwojati karena merupakan sawah tadah hujan. Purwojati yang paling banyak," kata Widarso di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.
Menurut dia, sebagian besar tanaman padi sawah tadah hujan di Kabupaten Banyumas yang total luasnya mencapai kisaran 7.500 hektare, masih bisa dipanen.
Selain itu, kata dia, tanaman padi di area persawahan yang menggunakan irigasi teknis tidak terkendala kekeringan akibat musim kemarau karena masa tanamnya sudah terpola.
"Total potensi panen di Kabupaten Banyumas pada musim tanam kali ini sekitar 30.000 hektare," katanya.
Baca juga: Tingkatkan kualitas padi, Bulog bersinergi dengan UNS
Ia mengakui jika banyak petani sawah tadah hujan yang kecele karena mereka mengira masih ada hujan saat musim kemarau seperti tahun-tahun sebelumnya.
Akan tetapi ternyata, kata dia, musim kemarau kali ini benar-benar kering sehingga banyak sawah tadah hujan yang mengalami kekeringan.
Terkait dengan hal itu, Widarso mengatakan sebagian petani memanfaatkan sawahnya baik yang tadah hujan maupun irigasi teknis, untuk menanam palawija.
"Dari pantauan kami, luasan tanaman palawija khususnya kedelai hingga saat ini mencapai kisaran 1.000 hektare, sedangkan kacang hijau dan sebagainya hanya sedikit," katanya.
Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), bulan Agustus diprakirakan sebagai puncak musim kemarau di wilayah Jawa Tengah.
Baca juga: SLI di Temanggung tingkatkan hasil panen padi 9,7 persen
Baca juga: Padi gogo jadi alternatif musim tanam ketiga