Rembang (ANTARA) - PT Semen Gresik Pabrik Rembang berkomitmen menjadi perusahaan persemenan ramah lingkungan dan paling efisien di kawasan Asia Tenggara. 

Oleh karena itu, perusahaan yang tergabung dalam holding BUMN PT Semen Indonesia (Persero) Tbk ini fokus dengan penerapan konsep industri hijau. 

Sistem manajemen lingkungan dan penggunaan teknologi ramah lingkungan diterapkan dalam beragam aktivitas perusahaan. 

Hasilnya, udara tetap bersih seiring dengan penerapan teknologi penangkap debu. Konsumsi energinya pun lebih irit sehingga emisi gas rumah kaca berhasil ditekan. 

Target besar pun dicanangkan. Tahun ini, Semen Gresik bisa meraih proper lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) serta Sertifikasi Industri Hijau Kementrian Perindustrian. Seperti apa?  


Pandangan mata Ghaniawan tak lepas dari sejumlah monitor yang ada di Gedung Central Control Room (CCR) kompleks PT Semen Gresik Pabrik Rembang. 

Dari ruang pusat kendali operasi itu, Ghani memantau aktivitas produksi hingga produk jadi yang dihasilkan perusahaan persemenan terkemuka ini. 

Tiap tahapan proses mulai dari suplai bahan baku hingga kualitas semen dihitung dengan cermat.  

Pusat kendali operasi Semen Gresik yang dikelola oleh SDM mumpuni itu tak hanya berisi sembilan monitor pemantau. Di dalamnya juga terdapat laboratorium dengan peralatan canggih, mulai dari teknologi Robolab dan QCX (Quality Control by Xray) hingga laboratorium uji kimia dan fisika semen yang sudah tersertifikasi oleh Badan Akreditasi Nasional yakni Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementrian Perindustian.  

Officer SMSG PT Semen Gresik Nurhadi mengatakan perusahaan sudah menerapkan prinsip-prinsip industri hijau. Sistem manajemen lingkungan dan penggunaan teknologi ramah lingkungan juga sudah diterapkan dalam beragam aktivitas perusahaan.   

“Semen Gresik fokus dengan pembangunan industri yang berkelanjutan. Aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan benar-benar diperhatikan dalam kebijakan perusahaan,” kata Nurhadi.

PT Semen Gresik Pabrik Rembang, baru-baru ini juga menggelar "Sosialisasi Industri Hijau" yang dipandu oleh jajaran Kementrian Perindustrian. 
  Petugas Pabrik Semen Rembang memeriksa peralatan pemantau polusi udara emisi gas rumah kaca (Foto: Semen Gresik) (Foto: Semen Gresik)
Kegiatan yang dihadiri Kepala Bidang Standarisasi dan Kelembagaan Industri Hijau Radison Silalahi dan sejumlah narasumber lain ini diikuti oleh jajaran eselon III lintas unit lingkup Semen Gresik Pabrik Rembang.

Kepala Departemen Komunikasi dan Hukum PT Semen Gresik, Gatot Mardiana, menegaskan pihaknya berkomitmen aktivitas produksi seiring sejalan dengan langkah menjaga keberlangsungan pengelolaan lingkungan yang efektif dan efisien.

 Proses pengangkutan bahan baku (raw material), misalnya, tidak lagi dilakukan secara manual, namun menggunakan downhill long belt conveyor. Penerapan teknologi ini mampu menghemat konsumsi energi listrik hingga 20 persen. 

Selain itu, teknologi main bag filter yang berfungsi sebagai alat penangkap debu mampu menangkap debu sebesar 30 mg/m3 udara sehingga udara tetap terjaga bersih dari polusi. 

Teknologi ini juga mampu menghemat konsumsi energi panas sebesar 20 Kcal (kilogram clinker) atau setara 10.000 ton batu bara per tahun. 

“Proses penggilingan akhir kita juga mengadopsi teknologi vertical cement mill yang mampu menghemat 30 persen konsumsi energi listrik dibandingkan dengan horizontal cement mill,” ujarnya. 

Semen Gresik juga melakukan penghematan pemakaian air pada gas conditioning tower dengan memanfaatkan resirkulasi air proses. Upaya ini diperkuat dengan pembangunan bozem serta unit pengolahan air yang mampu menampung limpasan air hujan. 

“Dengan pengurangan konsumsi batu bara, bahan bakar, air dan energi listrik maka proses produksi Semen Gresik Pabrik Rembang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80.000 ton Co2 per tahun,” terangnya. 

Kepala Bidang Standarisasi dan Kelembagaan Industri Hijau Kementrian Perindustrian Radison Silalahi mengatakan penerapan prinsip-prinsip energi hijau akan berimbas positif bagi perusahaan. 

Selain biaya produksi lebih hemat, perusahaan juga bisa meningkatkan daya saing dan sekaligus berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. 

Data dari Kementrian Perindustrian menunjukkan, sebanyak 143 perusahaan penerima Penghargaan Industri Hijau tahun 2018, ternyata mampu melakukan penghematan energi sebesar Rp1,8 triliun, sedangkan penghematan untuk air senilai Rp27 miliar.

“Makanya kita rajin menggelar sosialisasi tentang industri hijau. Upaya tersebut sinergis dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang memang sudah menjadi agenda global 2030,” tandas Radison. (bersambung)
 

Pewarta : KSM
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024