Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menjadwalkan upacara peringatan HUT ke-172 kabupaten itu yang bersamaan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah pada 5 Juni 2019.
Seusai pelaksanaan salat Idul Fitri di depan Pendopo Alit Rumah Dinas Bupati Boyolali, pada Rabu(5/6) selanjutnya digelar upacara HUT ke-172 Kabupaten Boyolali, kata Sekretaris Daerah Boyolali, Masruri di Boyolali, Jumat.
Upacara digelar di halaman rumah dinas bupati dan peserta menggunakan pakaian adat Jawa.
Peserta upacara hanya pejabat eselon II, III, dan IV, serta perwakilan guru. Namun, bagi pejabat tidak ada keharusan untuk mengikuti upacara.
"Jika ada yang berhalangan hadir, juga tidak masalah. Mereka diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara," ujar Sekda.
Pejabat Boyolali yang ada kesulitan, kaitannya dengan jarak dan sebagainya diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara. Untuk izin bisa menelpon panitia sebagai pemberitahuan.
Pelaksanaan salat Idul Fitri pukul 06.15 WIB dan sekitar pukul 07.00 WIB sudah selesai. Bagi pejabat Pemkab Boyolali bisa langsung menuju lokasi upacara untuk persiapan ganti baju dan sebagainya. Panitia sudah menyiapkan tempat di SMPN 1 Boyolali untuk ganti pakaian adat Jawa.
FUIB Protes
Pemkab Boyolali yang akan menggelar upacara HUT Boyolali bersamaan Hari Raya Idul Fitri sempat mendapat protes Forum Umat Islam Boyolali (FUIB).
Sejumlah orang dari FUIB mendatangi kantor Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali mempertanyakan keputusan Bupati Boyolali itu.
Menurut Ketua FUIB Hufron Rofa’i, pihaknya mengajukan keberatan atas pelaksanaan upacara HUT Boyolali yang bertepatan dengan 1 Syawal 1440 Hijriah.
Selain itu, FUIB juga meminta kalau bisa upacara peringatan HUT ke-172 Kabupaten Boyolali itu, diundur di hari yang lain atau usai Lebaran.
Menurut dia, pihaknya memberikan saran tersebut dengan alasan, karena 1 Syawal adalah Hari Raya Umat Islam dan merupakan hari yang sangat sakral.
Hari untuk bersilaturahmi. Jika disibukkan dengan acara kenegaraan, dikhawatirkan mengurangi kesakralan.
"Warga sudah terbiasa, setelah salat Idul Fitri berkumpul bersama keluarga besar untuk saling memaafkan, saling bersilaturahmi dari tetangga ke tetangga lain," katanya.
Pada rangkaian peringatan HUT Boyolali juga diawalai dengan Niti Tilas Ki Ageng Pandan Arang. Seperti lazimnya dilakukan setiap tahun, untuk acara Niti Tilas tetap digelar di Kali Gedhe dengan berbagai acara.
Bahkan HUT Boyolali kali ini juga ada acara budaya dan pengiriman doa bagi Ki Ageng Pandan Arang dari Pondok Pesantren Sunan Pandan Arang, Tanduk, Ampel diikuti 172 santri.
Seusai pelaksanaan salat Idul Fitri di depan Pendopo Alit Rumah Dinas Bupati Boyolali, pada Rabu(5/6) selanjutnya digelar upacara HUT ke-172 Kabupaten Boyolali, kata Sekretaris Daerah Boyolali, Masruri di Boyolali, Jumat.
Upacara digelar di halaman rumah dinas bupati dan peserta menggunakan pakaian adat Jawa.
Peserta upacara hanya pejabat eselon II, III, dan IV, serta perwakilan guru. Namun, bagi pejabat tidak ada keharusan untuk mengikuti upacara.
"Jika ada yang berhalangan hadir, juga tidak masalah. Mereka diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara," ujar Sekda.
Pejabat Boyolali yang ada kesulitan, kaitannya dengan jarak dan sebagainya diberikan kebebasan untuk tidak ikut upacara. Untuk izin bisa menelpon panitia sebagai pemberitahuan.
Pelaksanaan salat Idul Fitri pukul 06.15 WIB dan sekitar pukul 07.00 WIB sudah selesai. Bagi pejabat Pemkab Boyolali bisa langsung menuju lokasi upacara untuk persiapan ganti baju dan sebagainya. Panitia sudah menyiapkan tempat di SMPN 1 Boyolali untuk ganti pakaian adat Jawa.
FUIB Protes
Pemkab Boyolali yang akan menggelar upacara HUT Boyolali bersamaan Hari Raya Idul Fitri sempat mendapat protes Forum Umat Islam Boyolali (FUIB).
Sejumlah orang dari FUIB mendatangi kantor Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali mempertanyakan keputusan Bupati Boyolali itu.
Menurut Ketua FUIB Hufron Rofa’i, pihaknya mengajukan keberatan atas pelaksanaan upacara HUT Boyolali yang bertepatan dengan 1 Syawal 1440 Hijriah.
Selain itu, FUIB juga meminta kalau bisa upacara peringatan HUT ke-172 Kabupaten Boyolali itu, diundur di hari yang lain atau usai Lebaran.
Menurut dia, pihaknya memberikan saran tersebut dengan alasan, karena 1 Syawal adalah Hari Raya Umat Islam dan merupakan hari yang sangat sakral.
Hari untuk bersilaturahmi. Jika disibukkan dengan acara kenegaraan, dikhawatirkan mengurangi kesakralan.
"Warga sudah terbiasa, setelah salat Idul Fitri berkumpul bersama keluarga besar untuk saling memaafkan, saling bersilaturahmi dari tetangga ke tetangga lain," katanya.
Pada rangkaian peringatan HUT Boyolali juga diawalai dengan Niti Tilas Ki Ageng Pandan Arang. Seperti lazimnya dilakukan setiap tahun, untuk acara Niti Tilas tetap digelar di Kali Gedhe dengan berbagai acara.
Bahkan HUT Boyolali kali ini juga ada acara budaya dan pengiriman doa bagi Ki Ageng Pandan Arang dari Pondok Pesantren Sunan Pandan Arang, Tanduk, Ampel diikuti 172 santri.