Jakarta (ANTARA) - Sebelum tayang di Indonesia, film "27 Steps of May" arahan Ravi Bharwani sudah wara-wiri di Cape Town International Film Market & Festival, Goteborg Film Festival dan Bengaluru International Film Festival.
Dari berbagai penayangan itu, ada satu pertanyaan yang selalu terlontar dari mulut penonton, dan itu pula yang terucap usai pemutaran bersama Amnesty International Indonesia di Jakarta, Sabtu.
"Apa makna 27 dalam judul film tersebut?"
Produser Rayya Makarim menuturkan awalnya tim produksi tak terlalu memikirkan arti angka di judul itu.
"Pas world premiere di Busan, Ravi panik sebelum screening pertama, dia takut kalau ditanya soal judul," ujar Rayya yang sempat merasa itu takkan membuat orang penasaran.
"Ternyata di setiap screening ada yang nanya," kata dia.
Ia menyerahkan jawaban tersebut pada interpretasi setiap penonton, termasuk mereka yang menganggap angka itu diambil dari jumlah langkah May dalam sebuah adegan klimaks.
Yang jelas, judul tersebut mencerminkan langkah-langkah yang harus dilewati oleh May untuk mengatasi trauma yang dialaminya saat remaja.
Para penyintas kekerasan seksual lain di luar sana juga melewati langkah tersebut, namun prosesnya pasti bervariasi.
"Angkanya bisa apa pun karena fase (pemulihan trauma kekerasan seksual) bisa lima, bisa juga 1000. Jadi angka itu tidak terlalu penting," katanya.
Film yang mengangkat isu trauma pasca-kekerasan seksual terhadap perempuan itu digarap selama lima tahun, mulai dari tahap riset sampai sesudah produksi.
Film ini sarat elemen visual dan minim dialog, sebuah tantangan untuk Rayya sebagai penulis skenario.
"Bagaimana agar tiap adegan tanpa dialog yang menjelaskan apa pun ke penonton, tapi penonton mengerti."
Film itu diawali dengan adegan May --diperankan oleh aktris Raihaanun-- yang kala itu berusia 14 tahun diperkosa oleh sekelompok orang tak dikenal.
Akibat trauma yang mendalam, May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan.
Delapan tahun berlalu setelah kejadian itu, May menjalani hidupnya tanpa koneksi, emosi, dan kata-kata. Peristiwa tersebut tidak hanya berdampak pada kehidupan May, tetapi juga Bapak(Lukman Sardi).
Bapak sangat terpukul dan menyalahkan dirinya karena tidak dapat menjaga May. Ia memiliki karakter lembut yang siap mengorbankan segalanya untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi anaknya.
Namun, di luar rumah Bapak memiliki karakter yang berbeda. Ia menyalurkan semua emosinya di ring tinju.
Film berdurasi 112 menit itu juga dibintangi oleh Ario Bayu dan Verdi Solaiman.
Dari berbagai penayangan itu, ada satu pertanyaan yang selalu terlontar dari mulut penonton, dan itu pula yang terucap usai pemutaran bersama Amnesty International Indonesia di Jakarta, Sabtu.
"Apa makna 27 dalam judul film tersebut?"
Produser Rayya Makarim menuturkan awalnya tim produksi tak terlalu memikirkan arti angka di judul itu.
"Pas world premiere di Busan, Ravi panik sebelum screening pertama, dia takut kalau ditanya soal judul," ujar Rayya yang sempat merasa itu takkan membuat orang penasaran.
"Ternyata di setiap screening ada yang nanya," kata dia.
Ia menyerahkan jawaban tersebut pada interpretasi setiap penonton, termasuk mereka yang menganggap angka itu diambil dari jumlah langkah May dalam sebuah adegan klimaks.
Yang jelas, judul tersebut mencerminkan langkah-langkah yang harus dilewati oleh May untuk mengatasi trauma yang dialaminya saat remaja.
Para penyintas kekerasan seksual lain di luar sana juga melewati langkah tersebut, namun prosesnya pasti bervariasi.
"Angkanya bisa apa pun karena fase (pemulihan trauma kekerasan seksual) bisa lima, bisa juga 1000. Jadi angka itu tidak terlalu penting," katanya.
Film yang mengangkat isu trauma pasca-kekerasan seksual terhadap perempuan itu digarap selama lima tahun, mulai dari tahap riset sampai sesudah produksi.
Film ini sarat elemen visual dan minim dialog, sebuah tantangan untuk Rayya sebagai penulis skenario.
"Bagaimana agar tiap adegan tanpa dialog yang menjelaskan apa pun ke penonton, tapi penonton mengerti."
Film itu diawali dengan adegan May --diperankan oleh aktris Raihaanun-- yang kala itu berusia 14 tahun diperkosa oleh sekelompok orang tak dikenal.
Akibat trauma yang mendalam, May menarik diri sepenuhnya dari kehidupan.
Delapan tahun berlalu setelah kejadian itu, May menjalani hidupnya tanpa koneksi, emosi, dan kata-kata. Peristiwa tersebut tidak hanya berdampak pada kehidupan May, tetapi juga Bapak(Lukman Sardi).
Bapak sangat terpukul dan menyalahkan dirinya karena tidak dapat menjaga May. Ia memiliki karakter lembut yang siap mengorbankan segalanya untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi anaknya.
Namun, di luar rumah Bapak memiliki karakter yang berbeda. Ia menyalurkan semua emosinya di ring tinju.
Film berdurasi 112 menit itu juga dibintangi oleh Ario Bayu dan Verdi Solaiman.