Kudus (ANTARA) - Universitas Muria Kudus, Jawa Tengah, bakal menerapkan sistem pembelajaran matematika berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematic) atau perpaduan sains teknologi, teknik, dan matematika, kata Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMK Sucipto.
"Dengan pembelajaran matematika berbasis STEM, itu cukup efektif untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Industri 4.0," ujarnya di Kudus, Rabu.
Menurut dia, pembelajaran matematika selama ini dirasakan anak-anak menyulitkan dan membosankan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, katanya, patut dicoba sistem pembelajaran STEM yang diharapkan menghadapi Era Industri 4.0 bisa memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat anak menjadi bahagia.
"Masyarakat tidak bisa melepaskan diri dari jasa atau produk matematika karena dalam kehidupan sehari-hari akan dijumpai penjumlahan, perkalian, pembagian, serta pengurangan," ujarnya.
Ia menilai pembelajaran saat ini memang sudah bagus, namun adanya penerapan STEM harapannya bisa lebih bagus.
Agar generasi penerus menyenangi matematika, maka perlu dibuatkan aplikasi yang bisa membuat generasi saat ini menyenangi pelajaran matematika dan tidak menjadi momok lagi.
"Aplikasi yang memanfaatkan teknologi informasi ini diharapkan guru membuat perencanaan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan animasi, video, maupun film, sehingga anak bisa berinteraksi di dalam kelas maupun di luar kelas," ujarnya.
Dosen Universitas Negeri Semarang Kartono yang menjadi pembicara menilai pentingnya manajeman penilaian dan umpan balik pada pembelajaran matematika di era Revolusi Industri 4.0.
Selama ini, lanjut dia, guru cenderung melakukan pembiaran pembelajaran karena setelah memberikan penilaian dibiarkan begitu saja dan tidak ada tindak lanjutnya.
"Dengan penilaian formatif, hasilnya setelah dinilai akan diketahui belajarnya sudah optimal atau kurang. Permasalahannya bagaimana mengelola penilaian dan umpan balik yang baik di era revolusi industri 4.0 ini," ujarnya.
Ia menilai ada empat tuntutan kompetisi yang harus dimiliki oleh para pendidik, yakni harus mampu melakukan penilaian secara konprehensif, guru harus memiliki kompetisi di abad 21, mampu menyajikan modul yang bergairah bagi siswa, serta mampu melakukan pembelajaran secara inovatif.
Selain itu, kata dia, guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi digital, seperti menyajikan modul yang berbasis daring.
"Dengan pembelajaran matematika berbasis STEM, itu cukup efektif untuk mempersiapkan siswa menghadapi Era Industri 4.0," ujarnya di Kudus, Rabu.
Menurut dia, pembelajaran matematika selama ini dirasakan anak-anak menyulitkan dan membosankan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, katanya, patut dicoba sistem pembelajaran STEM yang diharapkan menghadapi Era Industri 4.0 bisa memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat anak menjadi bahagia.
"Masyarakat tidak bisa melepaskan diri dari jasa atau produk matematika karena dalam kehidupan sehari-hari akan dijumpai penjumlahan, perkalian, pembagian, serta pengurangan," ujarnya.
Ia menilai pembelajaran saat ini memang sudah bagus, namun adanya penerapan STEM harapannya bisa lebih bagus.
Agar generasi penerus menyenangi matematika, maka perlu dibuatkan aplikasi yang bisa membuat generasi saat ini menyenangi pelajaran matematika dan tidak menjadi momok lagi.
"Aplikasi yang memanfaatkan teknologi informasi ini diharapkan guru membuat perencanaan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan animasi, video, maupun film, sehingga anak bisa berinteraksi di dalam kelas maupun di luar kelas," ujarnya.
Dosen Universitas Negeri Semarang Kartono yang menjadi pembicara menilai pentingnya manajeman penilaian dan umpan balik pada pembelajaran matematika di era Revolusi Industri 4.0.
Selama ini, lanjut dia, guru cenderung melakukan pembiaran pembelajaran karena setelah memberikan penilaian dibiarkan begitu saja dan tidak ada tindak lanjutnya.
"Dengan penilaian formatif, hasilnya setelah dinilai akan diketahui belajarnya sudah optimal atau kurang. Permasalahannya bagaimana mengelola penilaian dan umpan balik yang baik di era revolusi industri 4.0 ini," ujarnya.
Ia menilai ada empat tuntutan kompetisi yang harus dimiliki oleh para pendidik, yakni harus mampu melakukan penilaian secara konprehensif, guru harus memiliki kompetisi di abad 21, mampu menyajikan modul yang bergairah bagi siswa, serta mampu melakukan pembelajaran secara inovatif.
Selain itu, kata dia, guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi digital, seperti menyajikan modul yang berbasis daring.