Semarang (ANTARA) - Direktur Bisnis Ritel dan Usaha Syariah Bank Jawa Tengah Hanawijaya mengatakan berbagai tekanan ekonomi setahun belakangan ini menyebabkan pertumbuhan Bank Jateng sebagai bank pembangunan daerah terbesar kedua di Indonesia itu melambat.

"Dari tahun 2017 ke 2018 lalu pertumbuhannya hanya enam persen," kata Hanawijaya pada peringatan HUT ke-56 Bank Jateng di Semarang, Sabtu.

Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, kata dia, pertumbuhan BUMD milik Pemerintah Provinsi Jateng itu bisa mencapai 25 persen.

"Secara finansial tumbuh, tetapi detaknya melambat," tambahnya.

Bank Jateng, lanjut dia, mencatatkan aset sebesar Rp66,8 triliun per Desember 2018.

Meski pertumbuhannya tidak seagresif 2017, menurut dia, Bank Jateng masih mampu membukukan laba sebesar Rp1,24 triliun pada 2018.

Pada 2019 Bank Jateng sendiri menargetkan keuntungan sebesar Rp1,6 triliun.

Kondisi setahun terakhir tersebut, kata dia, memaksa Bank Jateng untuk menginstropeksi diri.

"Energi kami masih terbuang untuk urusan internal. Terlalu banyak wacana dan sedikit bekerja," katanya.
 

Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024