Magelang (ANTARA) - Sebanyak 32 mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang melakukan survei studio mahasiswa tentang pengelolaan wilayah dan tata kota di Kota dan Kabupaten Magelang.

"Tujuan kedatangan kami ini mengantarkan mahasiswa untuk survei kebutuhan studio. Ada tiga jenis studio, yakni studio penataan ruang, studio wilayah, dan studio manajemen pembangunan kota," kata Ketua Program Studi Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Iwan Rudiarto di Magelang, Senin.

Ia mengatakan hal itu di sela memimpin 32 mahasiswa Magister Pembangunan Wilayah dan Kota (MPWK) Program Studi (Prodi) Pembangunan Wilayah dan Kota Undip bersama sejumlah dosen pembimbing, bertemu Wali Kota Sigit Widyonindito di Pendopo Pengabdian Rumah Dinas Wali Kota Magelang.  

Pihaknya mengharapkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota dan Kabupaten Magelang memberikan akses kepada para mahasiswa terkait dengan pengumpulan data untuk keperluan survei tersebut.

"Kami berharap mahasiswa mendapat akses dalam mengumpulkan data, selama seminggu ke depan," katanya.

Ia juga mengharapkan hubungan MPWK dan Pemkot Magelang senantiasa terjalin dengan baik melalui kegiatan tersebut.

Berbagai hal yang diperoleh mahasiswa dalam kegiatan di lapangan, katanya, bisa memperkaya dan membantu menyelesaikan studio tersebut.

"Ini sekaligus membuka kesempatan mahasiswa mendapatkan pengalaman," katanya.

Wali Kota Sigit berterima kasih karena kota itu dipilih pihak Undip menjadi salah satu lokasi pembelajaran mahasiswa MPWK. Sekitar 20 tahun lalu, Sigit juga lulusan program tersebut.

"Saya lulusan MPWK 20 tahun lalu. Kehormatan luar biasa bagi Kota Magelang karena dipilih, dilihat, dan dikaji mahasiswa. Yang jelas semua mahasiswa pasti menjalani, tidak usah menunda pekerjaan," ujarnya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.

Selama kepemimpinan hingga periode kedua di Kota Magelang, katanya, banyak kebijakan telah dikeluarkan terkait dengan pengelolaan wilayah dan tata kota, antara lain pembangunan area khusus (zoning) berjualan pedagang kaki lima, pembangunan Pendopo Pengabdian, pembangunan kembali Pasar Rejowinangun yang terbakar pada 2008, dan "branding" Kota Magelang sebagai "Kota Sejuta Bunga".

"Awal menjabat jadi wali kota, saya ditinggali Pasar Rejowinganun yang terbakar, banyak yang sedih, jatuh miskin, sampai sakit jiwa. Tapi sekarang sudah berdiri kembali lebih bagus, dengan kemampuan APBD Kota Magelang," katanya.

Ia juga mengemukakan tentang sejumlah rencana lanjutan untuk menjadikan kota itu makin maju dan berkembang, antara lain mengembangkan kawasan pusat pertokoan Pecinan di Jalan Pemuda Kota Magelang sepanjang satu kilometer sebagai "mall out door" dan merealisasikan "tagline" berupa "Magelang Moncer Serius" dengan menghadirkan ratusan kegiatan masyarakat dan diskon besar-besaran.

Kepala Bappeda Kota Magelang Joko Soeparno menyatakan kesiapan pihaknya melayani kebutuhan para mahasiswa untuk kegiatan tersebut di Kota Magelang.

"Kegiatan ini memang biasa dalam tugas pascasarjana mahasiswa perencanaan. Mereka akan melakukan pengamatan dan menyusun laporan serta rekomendasi," katanya.

Berbagai topik tentang pengelolaan wilayah dan tata kota yang menjadi fokus pembahasan mahasiswa, antara lain persoalan kerja sama kelembagaan atau pun pembiayaan di wilayah perbatasan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, tentang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan tata kelola lahan pertanian. (hms)
 

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024