Solo (ANTARA) - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Pedaging Jawa Tengah menyatakan hingga saat ini belum ada solusi terkait penurunan harga daging ayam hidup dari pemerintah.

"Solusi masih tidak jelas, 'ngambang' karena memang di lapangan terjadi 'over' suplai," kata Ketua Pinsar Pedaging Jawa Tengah Parjuni di sela rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian di Hotel Lor In Solo, Kamis.

Ia mengatakan harga ayam lepas kandang mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu hanya Rp15.000/kg hidup dari sebelumnya Rp18.500/kg.

Ia mengatakan pada rapat tersebut para peternak meminta agar pemerintah bisa memberikan solusi terkait terjadinya suplai yang berlebihan. Dengan demikian, diharapkan harga jual bisa terkendali.

"Sejauh ini dari pemerintah menyatakan kalau mau menaikkan harga butuh waktu yang lebih panjang, paling tidak satu minggu hingga 10 hari," katanya.

Dengan begitu, dikatakannya, peternak masih harus menanggung kerugian hingga 10 hari ke depan atau sepanjang belum ada perubahan harga oleh pemerintah.

Menurut dia, langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan suplai yang berlebihan ini di antaranya mengimbau pabrikan mengurangi indukan atau menjual telur ke bawah atau pedagang.

"Dalam hal ini pemerintah yang memberikan instruksi. Selama tidak ada kontrol di suplai maka akan terjadi lagi kondisi demikian," katanya.

Ia mengatakan untuk kelebihan suplai sebetulnya sudah terjadi sejak tahun 2017. Dari tahun 2017 ke 2018 terjadi kenaikan produktivitas hingga 7 persen.

"Kenaikan yang lebih tajam terjadi pada tahun 2018 ke 2019 yang naik 16,23 persen. Secara nasional rata-rata tahun lalu produksi mencapai 60 juta ekor/minggu. Angka ini melebihi kebutuhan pasar hingga 10 persen," katanya.

Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah bisa segera memberikan solusi terkait penurunan harga tersebut mengingat kerugian yang dialami peternak saat ini di kisaran Rp5.000-6.000/ekor.
 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024