Purwokerto (ANTARA) - Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Ropiudin menilai keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap telah menyesuaikan aspek energi dan lingkungan.

"Teknologi pada PLTU Cilacap telah memperhatikan spesifikasi batubara produksi Indonesia dan dampaknya terhadap lingkungan," katanya di Purwokerto, Rabu.

Ropiudin yang juga Sekretaris Pusat Penelitian dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (P3EBT), LPPM Universitas Jenderal Soedirman menjelaskan Indonesia termasuk negara dengan sumber tambang batu bara terbesar di dunia.

"Sekitar 50-85 persennya berkualitas rendah, lebih cocok untuk pembangkit listrik berteknologi super critical dan ultra super critical," katanya.

Teknologi jenis itulah yang pada saat ini diterapkan pada PLTU Cilacap.

"PLTU Cilacap juga dilengkapi dengan flue gas desulpurization untuk mereduksi dampak lingkungan. Dengan demikian, aspek energi dan lingkungan telah disesuaikan," katanya.

Meski batubara termasuk sumber energi tak terbarukan, katanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan batubara di dunia saat ini masih sangat melimpah.

"Sehingga masih dapat diandalkan sebagai sumber energi dunia hingga lebih dari 230 tahun, bahkan diperkirakan dapat mencapai hingga 300 tahun mendatang. Dan negara kita pun masih menyimpan cadangan batubara sekitar 32,3 miliar ton," katanya.

Untuk mencapai target elektrifikasi dan kesuksesan program listrik 35.000 MW, tambah dia, PLTU menjadi pilihan yang tepat.

"Negara-negara besar pun masih mengandalkan batubara sebagai sumber," katanya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap Ekspansi Tahap I berkapasitas 1x660 MW di Desa Karangkandri, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (25/2).

Sistem kelistrikan interkoneksi Jawa-Bali mendapatkan tambahan 660 MW setelah pengoperasian PLTU ekspansi di Cilacap tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Ignasius Jonan saat memberikan laporan dalam acara Peresmian PLTU Cilacap Ekspansi Tahap I mengatakan pembangkit yang menempati area seluas 38,28 ha tersebut dikembangkan anak perusahaan PT PLN (Persero) yakni PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan swasta PT Sumber Segara  Primadaya (S2P).


 

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024