Purwokerto (Antaranews Jateng) - Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Chusmeru menilai kenaikan harga tiket pesawat serta diterapkannya bagasi berbayar akan berdampak pada sektor pariwisata di Tanah Air termasuk di Jawa Tengah.

"Berbagai kemungkinan bisa terjadi, misalkan wisatawan yang biasa bepergian akan menjadwal ulang atau bahkan menunda perjalanan wisatanya sesuai dengan anggaran yang tersedia," katanya di Purwokerto, Selasa.

Chusmeru juga menambahkan, ada kemungkinan wisatawan mengurangi frekuensi perjalanan wisatanya, dari misalnya dua kali setahun menjadi hanya satu kali dalam setahun.
    
"Untuk efisiensi anggaran akibat tarif pesawat yang mahal, ada kemungkinan wisatawan melakukan efisiensi perjalanan wisatanya," katanya.
    
Selain itu, kata dia, ada kemungkinan wisatawan akan mengurangi jumlah objek wisata yang dikunjungi atau mengurangi lama tinggal di destinasi.

 "Hal ini tentu akan berdampak pada lama tinggal wisatawan di hotel, termasuk efisiensi dalam hal kuliner yang juga akan berdampak pada bisnis restoran," katanya.
   
Kemungkinan lainnya, tambah dia, wisatawan akan mengubah moda transportasi udara ke moda tranportasi lain seperti kereta api atau bus.
    
"Meskipun hal ini akan berpengaruh pada waktu tempuh perjalanan maupun kenyamanan. Sisi positifnya tentu akan membuat transportasi darat sebagai alternatif moda transportasi wisata," katanya.

Kemungkinan lainnya, tambah dia, akan terjadinya penurunan angka kunjungan pada destinasi wisata favorit, sehingga akan berpengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD) di sektor pariwisata.

"Dampak serupa akan terjadi pada pendapatan UMKM, seperti pengrajin cinderamata, kuliner daerah, dan kelompok seni budaya. Wisatawan akan berpikir ulang untuk membawa cinderamata hasil kerajinan atau kuliner jika tarif bagasi lebih mahal dari harga oleh-oleh yang dibawa," katanya.

Kendati demikian, jika wisatawan memilih mengubah moda transportasi udara ke darat, peluang peningkatan kunjungan wisatawan akan terjadi pada objek dan daya tarik wisata daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh.

"Selain itu biro perjalanan akan dilematis menentukan harga paket wisata. Dengan kenaikan tarif pesawat dan bagasi berbayar, biro perjalanan tidak lagi dapat mempertahankan harga paket wisata seperti semula. Hal ini akan berdampak pada menurunnya minat beli paket wisata. sementara mempertahankan harga bisa berpengaruh pada kualitas pelayanan dan paket wisatanya," katanya.

Untuk itu, menurut dia, perlu pengkajian ulang masalah tarif pesawat dan bagasi berbayar.

"Apalagi Menpar telah menargetkan 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 ini. Perlu dikaji bersama tarif pesawat dan bagasi yang layak, sehingga tidak menurunkan minat wisatawan untuk melakukan perjalanan lewat udara. Kalau pun akan diterapkan 'low cost carrier' diharapkan tetap dapat menjaga kualitas pelayanan, kenyamanan dan keselamatan penumpang," katanya.


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024