Selama sepekan terakhir ini warga Kabupaten Semarang, Kendal, dan Kota Semarang, Jawa Tengah, diresahkan dengan pembakaran sepeda motor dan mobil di sejumlah titik di daerah tersebut.
Tercatat ada 26 pembakaran kendaraan bermotor dan terakhir terjadi pada Minggu (3/2) dini hari di daerah Ngaliyan, Kota Semarang. Pelaku membakar dua sepeda motor yang diparkir di teras rumah.
Kejadian demi kejadian tersebut membuat masyarakat bertanya mengenai motif pembakaran oleh pelaku. Tidak sedikit yang mengaitkan aksi teror tersebut untuk membuat cemas masyarakat menjelang Pemilu 2019.
Spekulasi lain juga berembus bahwa aksi tersebut dilakukan sekelompok orang untuk mengalihkan isu politik belakangan ini yang kian memanas.
Memang tidak sampai menimbulkan korban jiwa dalam aksi teror tersebut, namun kejadian beruntun dengan modus dan sasaran yang sama tersebut membuat warga masyarakat terus berspekulasi.
Kita mengapresiasi polisi yang segera menuju ke lokasi untuk olah di tempat kejadian perkara sekaligus mendesak aparat bisa mengungkap para pelaku sekaligus menyingkap motifnya.
Kecepatan mengungkap kasus tersebut sangat penting agar publik tahu ada motif apa di balik aksi teror tersebut. Kalau sampai berlarut-larut, tentu akan menyebabkan spekulasi atas motif dan siapa pelakunya akan makin liar.
Ini tentu tidak sehat bagi penciptaan suasana yang aman dan nyaman menjelang pelaksanaan pesta demokrasi pada 17 April 2019.
Suka tidak suka, suasana keterbelahan atas preferensi politik pada saat sekarang ini kian kentara. Perang opini melalui media sosial juga makin mengerucut yang berpontensi menimbulkan konflik laten.
Sekali lagi, spekulasi liar terhadap pelaku dan motif pembakaran kendaraan bermotor tersebut tidak bisa dibiarkan terus berlangsung. Publik butuh kepastian untuk mendapatkan informasi yang valid.
Polri yang memiliki sumber daya manusia berpengalaman dan ditunjang peralatan canggih diyakini bisa menangkap peneror tersebut sekaligus menyingkap motif pembakaran kendaraan bermotor di tiga wilayah itu.
Sejak pembakaran beruntun tersebut, elemen masyarakat belakangan ini memang lebih aktif menjaga lingkungannya dengan mengintensifkan ronda dan siskamling.
Bagi lingkungan perumahan berkonsep klaster (cluster) atau tertutup dengan sistem pengamanan ketat, risiko kawasannya disatroni pembakar memang lebih kecil.
Berbeda halnya dengan kompleks perumahan atau kampung yang terbuka, risiko menjadi sasaran pembakaran lebih tinggi.
Patut digarisbawahi bahwa meminta masyarakat lebih aktif menjalankan ronda dan siskamling untuk mencegah pembakaran sepeda motor di lingkungan terbuka seperti itu tidak akan terlalu efektif mengingat sejumlah kasus pembakaran dilakukan pada dini hari atau menjelang subuh.
Warga berswadaya melakukan ronda yang berlaku saat ini jarang yang sampai dini hari atau menjelang pagi. Apa pun, mereka lebih memilih keesokan harinya tetap bugar ketika bekerja, kecuali malam Minggu atau keesokan harinya libur.
Oleh karena itu, patut kiranya polisi bisa segera menghentikan pembakaran kendaraan bermotor dengan menangkap pelaku sekaligus mengungkap motif aksi teror tersebut. ***
Tercatat ada 26 pembakaran kendaraan bermotor dan terakhir terjadi pada Minggu (3/2) dini hari di daerah Ngaliyan, Kota Semarang. Pelaku membakar dua sepeda motor yang diparkir di teras rumah.
Kejadian demi kejadian tersebut membuat masyarakat bertanya mengenai motif pembakaran oleh pelaku. Tidak sedikit yang mengaitkan aksi teror tersebut untuk membuat cemas masyarakat menjelang Pemilu 2019.
Spekulasi lain juga berembus bahwa aksi tersebut dilakukan sekelompok orang untuk mengalihkan isu politik belakangan ini yang kian memanas.
Memang tidak sampai menimbulkan korban jiwa dalam aksi teror tersebut, namun kejadian beruntun dengan modus dan sasaran yang sama tersebut membuat warga masyarakat terus berspekulasi.
Kita mengapresiasi polisi yang segera menuju ke lokasi untuk olah di tempat kejadian perkara sekaligus mendesak aparat bisa mengungkap para pelaku sekaligus menyingkap motifnya.
Kecepatan mengungkap kasus tersebut sangat penting agar publik tahu ada motif apa di balik aksi teror tersebut. Kalau sampai berlarut-larut, tentu akan menyebabkan spekulasi atas motif dan siapa pelakunya akan makin liar.
Ini tentu tidak sehat bagi penciptaan suasana yang aman dan nyaman menjelang pelaksanaan pesta demokrasi pada 17 April 2019.
Suka tidak suka, suasana keterbelahan atas preferensi politik pada saat sekarang ini kian kentara. Perang opini melalui media sosial juga makin mengerucut yang berpontensi menimbulkan konflik laten.
Sekali lagi, spekulasi liar terhadap pelaku dan motif pembakaran kendaraan bermotor tersebut tidak bisa dibiarkan terus berlangsung. Publik butuh kepastian untuk mendapatkan informasi yang valid.
Polri yang memiliki sumber daya manusia berpengalaman dan ditunjang peralatan canggih diyakini bisa menangkap peneror tersebut sekaligus menyingkap motif pembakaran kendaraan bermotor di tiga wilayah itu.
Sejak pembakaran beruntun tersebut, elemen masyarakat belakangan ini memang lebih aktif menjaga lingkungannya dengan mengintensifkan ronda dan siskamling.
Bagi lingkungan perumahan berkonsep klaster (cluster) atau tertutup dengan sistem pengamanan ketat, risiko kawasannya disatroni pembakar memang lebih kecil.
Berbeda halnya dengan kompleks perumahan atau kampung yang terbuka, risiko menjadi sasaran pembakaran lebih tinggi.
Patut digarisbawahi bahwa meminta masyarakat lebih aktif menjalankan ronda dan siskamling untuk mencegah pembakaran sepeda motor di lingkungan terbuka seperti itu tidak akan terlalu efektif mengingat sejumlah kasus pembakaran dilakukan pada dini hari atau menjelang subuh.
Warga berswadaya melakukan ronda yang berlaku saat ini jarang yang sampai dini hari atau menjelang pagi. Apa pun, mereka lebih memilih keesokan harinya tetap bugar ketika bekerja, kecuali malam Minggu atau keesokan harinya libur.
Oleh karena itu, patut kiranya polisi bisa segera menghentikan pembakaran kendaraan bermotor dengan menangkap pelaku sekaligus mengungkap motif aksi teror tersebut. ***