Semarang (Antaranews Jateng) - Keberadaan pabrik Semen Rembang selama ini mampu membawa kemajuan sosial, pendidikan, budaya, dan ekonomi masyarakat sekitar pabrik berkapasitas 3 juta ton per tahun itu.

Kepala Unit Komunikasi Humas dan Bina Lingkungan PT Semen Gresik, Kuswandi, dalam kunjungan silaturahim di Kantor Antara Biro Jawa Tengah di Jalan Veteran Nomor 1 B Semarang, Kamis, menjelaskan bahwa sebelum pabrik semen dibangun, di sekitar kawasan tersebut tidak ada sekolah setingkat SLTA.

Didampingi staf Humas PT Semen Gresik, Sugianto, Muhammad Olish, dan dua staf lainnya, Kuswandi juga mengungkapkan usia pernikahan warga juga sudah di atas 17 tahun, padahal dulu rata-rata seusia itu sudah menikah, bahkan ada yang lebih dari dua kali menikah.

Di bidang budaya, ia menambahkan aktivitas remaja dan pemuda juga menggeliat sehingga mereka memiliki kesibukan positif. "Kami memang menfasilitasi untuk kegiatan seni dan budaya," katanya.

Keberadaan pabrik semen Rembang yang menelan investasi sekitar Rp5 triliun tersebut juga mampu menggerakkan perekonomian kawasan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Sugianto mengakui memang ada perbedaan sikap terhadap keberadaan pabrik semen tersebut, namun sejauh ini penduduk lokal tidak sampai menunjukkan penolakan ekstrem. "Yang lebih banyak menyuarakan penolakan itu malah orang dari luar," katanya.

Sebagai BUMN, menurut Kuswandi, Semen Gresik selama ini telah membuktikan komitmen pemihakannya kepada masyarakat luas. Ia memberi contoh bekas lokasi tambang di Tuban yang menjadi embung dan jadi sumber air untuk pertanian di wilayah yang dulunya tandus.

"Di lokasi tersebut kini sawah bisa panen tiga kali setahun," katanya.

Pada kesempatan itu, Kuswandi mengungkapkan bahwa hari ini PT Semen Indonesia sebagai holding dari sejumlah BUMN, baru saja melakukan finalisasi akusisi pembelian Semen Holcim. ***
 

Pewarta : Zaenal
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024