Kudus (Antaranews Jateng) - Permintaan kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, cenderung menurun meskipun harga jual komoditas impor tersebut mengalami penurunan.

"Jika sebelumnya permintaan per hari bisa mencapai 20-an ton, kini menurun menjadi 14-an ton per harinya," kata Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Amar Ma`ruf di Kudus, Jumat.

Ia menduga penurunan permintaan tersebut disebabkan karena cuaca yang cenderung hujan sehingga untuk produk-produk tertentu mengalami penurunan permintaan.

Mayoritas pelanggannya yang membeli kedelai merupakan pengusaha tahu dan tempe, meskipun sebagian ada yang memiliki usaha susu kedelai.

Karena khawatir sepi pembeli, kata dia, pengusaha tahu dan tempe dimungkinkan mengurangi kapasitas produksinya.

Untuk harga kedelai impor saat ini turun hingga menjadi Rp7.400 per kilogram, sedangkan sebelumnya mencapai Rp7.400 per kilogram.

Penurunan harga jual komoditas impor tersebut, lanjut dia, berlangsung secara bertahap.

? ? Meskipun curah hujan tinggi, kata dia, untuk stok kedelai tersedia melimpah.?Bahkan, lanjut dia, stok kedelai saat ini cukup melimpah sehingga kebutuhan berapapun akan dipenuhi.

Distribusi dari Kota Semarang ke Kudus, lanjut dia, juga lancar dan tidak ada kemacetan yang biasanya disebabkan adanya genangan banjir.

Untuk stok kedelai lokal, dia mengaku, tidak berani menyediakan karena musim hujan seperti sekarang rawan rusak ketika disimpan terlalu lama.

Kedelai lokal saat musim hujan menghadapi kendala dalam pengeringan sehingga ketika kadar airnya terlalu tinggi bisa mengakibatkan kualitasnya menurun.

Adapun jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024