Semarang (Antaranews Jateng) - Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang memastikan aspek keamanan sebanyak 72 armada yang terpasang konverter bahan bakar gas (BBG).
     
"Sebanyak 72 bus dari Koridor I, V, VI, VII, dan koridor bandara telah terpasang alat konverter BBG," kata Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti di Semarang, Rabu.
     
Hal tersebut diungkapkannya di sela Grand Launching Program Converter Gas Bus Rapit Transit (BRT) Trans Semarang hasil kerja sama dengan Pemerintah Kota Toyama, Jepang.
     
Ade menegaskan keamanan tabung konverter gas yang dipasang sudah melewati uji standar khusus untuk CNG (Compressed natural gas) yang memiliki tekanan 200 bar.
     
"Jadi, berbeda dengan tabung gas elpiji (LPG). Tabung Converter BBG ini diletakkan di bagian bawah bus sehingga dijamin sangat aman, tidak perlu khawatir," katanya.
     
Sistem kerjanya, kata dia, berdasarkan koneksi dari ECU (Electronik Control Unit) sehingga gas tidak akan keluar dari tabung jika tidak ada perintah dari ECU.
     
"Gas tidak akan bocor, termasuk jika selang sambungan terlepas. Untuk ketahanan tabung sudah melewati tes, diuji coba ditembak peluru 12 milimeter tidak tembus," katanya.
     
Menurut dia, pemasangan konverter gas itu tidak kemudian 100 persen bahan bakar BRT Trans Semarang menggunakan BBG, tetapi dapat menggunakan gas dan solar.
     
"Konversi dari BBM ke BBG ini tidak 100 persen menggunakan gas. Kami menggunakan sistem yang disebut retrofit, yakni dapat menggunakan gas dan Solar. Solar digunakan sebagai cadangan," katanya.
     
Dengan konversi itu, diakuinya, emisi kendaraan menjadi lebih rendah dan ramah lingkungan, biaya operasional lebih murah karena hemat, dan mesin juga lebih awet.
     
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berterima kasih kepada Pemerintah Kota Toyama, Jepang, pemerintah pusat, pemerintah provinsi yang telah membantu program tersebut.
     
"Kerja sama ini menjawab apa yang disampaikan Gubernur (Jateng) dan Kemendagri bahwa kerja sama 'sister city' atau apapun dengan kota lain di belahan dunia sana harus konkret," katanya.
     
Salah satu contohnya, kata dia, kerja sama Pemkot Semarang dengan Pemerintah Kota Toyama, Jepang, dalam transportasi massal yang ramah lingkungan dengan konverter BBG.
     
"Skema pembiayaannya 50-50. Jadi, 50 persen bantuan dari Pemerintah Toyama, dan 50 persen lagi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," kata Hendi, sapaan akrab politikus PDI Perjuangan itu.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024