Semarang (Antaranews Jateng) - Dinas Pertanian Kota Semarang mendorong kelompok masyarakat, termasuk kalangan ibu rumah tangga mengembangkan "urban farming" sebagai sentra agrobisnis.
     
"Ada kelompok tani (KT) dan kelompok wanita tani (KWT). Hingga 2018, ada 40 kelompok pertanian perkotaan," kata Kepala Distan Kota Semarang WP Rusdiana di Semarang, Sabtu.
     
Menurut dia, setiap kelompok pertanian perkotaan yang mengembangkan "urban farming" itu memiliki lahan tersendiri meski tidak terlampau luas, mulai 50 meter persegi, 100 meter persegi, dan sebagainya.
     
Diakuinya, "urban farming" itu merupakan salah satu program unggulan yang sebenarnya dikembangkan untuk menyiasati keterbatasan lahan di perkotaan untuk bertani, seperti di pekarangan.
     
Meski demikian, kata dia, "urban farming" yang dikembangkan kelompok-kelompok pertanian perkotaan itu tidak bisa dianggap sebelah mata karena merupakan potensi dan aset besar.
     
"Mereka ini, KT dan KWT kan aset kami dalam mengembangkan bidang pertanian di perkotaan. Utamanya, untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri, sekaligus menambah pendapatan mereka," katanya.
     
Sampai tahun ini, kata dia, kelompok-kelompok pertanian perkotaan di Kota Semarang itu mampu menyumbangkan produksi tanaman sayuran dan buah-buahan sekitar dua ton.
     
"Pemasarannya bermacam-macam. Ada yang sendiri pemasarannya lewat tukang sayur. Jadi, tukang sayur ini ngambil dari mereka. Apalagi, sayurnya kan organik," katanya.
     
Ada pula, kata dia, kelompok yang sudah bekerja sama dengan rumah sakit (RS) untuk memasok sayuran dan buah-buahan, termasuk bekerja sama dengan perusahaan ritel.
     
"Seperti kelompok tani yang di Bandarharjo. Sayuran dari mereka ini sudah masuk ke perusahaan ritel, seperti selada, dan sebagainya," katanya.
     
Diakui Rusdiana, kelompok-kelompok pertanian perkotaan itu juga kerap menjadi rujukan jika ada perlombaan sayuran dan buah, terutama untuk pembelian benih atau bibit tanaman.
     
"Jadi, kawasan agrobisnis pertanian perkotaan sudah mulai jalan. Di Purwosari, kemudian Bandarharjo, produk pupuknya juga sudah laku. Kemudian, Mijen dan Gunungpati juga," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024