Borobudur, Jateng (Antaranews Jateng) - Budayawan Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ariswara Sutomo meninggal dunia, Selasa, sekitar pukul 12.00 WIB, di Rumah Sakit Umum Tidar Kota Magelang dalam usia 72 tahun karena sakit.

"Sakit diabetes sejak 2011, terus menjalani pengobatan rutin, tetapi Sabtu (1/12) lalu mengeluh sesak napas, kemudian dibawa ke rumah sakit, tadi siang meninggal dunia," kata anak satu-satunya almarhum, Aiaz Rajasa, di Borobudur, Selasa.

Jenazah Ariswara dimakamkan di tempat pemakaman umum Dusun Ngaran II, Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Selasa, sekitar pukul 16.00 WIB, dalam suasana gerimis mengguyur kawasan Candi Borobudur itu.

Hadir pada acara pemberangkatan jenazah dari rumah duka di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, dekat kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, menuju tempat pemakaman, antara lain Ketua DPRD Kabupaten Magelang Saryan Adiyanto dan budayawan Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Sutanto Mendut.

Selain itu, pegiat pelestarian seni, tradisi, dan budaya kawasan Candi Borobudur Sucoro, Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Umar Chusaeni, beberapa seniman, pemerhati budaya, dan sesepuh Borobudur lainnya.

Ariswara yang masa muda pernah menjadi wartawan, penulis buku, aktivis seni budaya itu, berpulang dengan meninggalkan isteri, Maidar (60), seorang anak, dan dua cucu.

Aiaz Rajasa mengatakan sekitar dua minggu lalu, Ariswara meminta foto bersama keluarganya.

"Dua minggu lalu bapak minta berfoto bersama, semua memakai pakaian putih, tetapi bapak mengenakan baju biru," ujar dia.

Tokoh kritis
Budayawan Sutanto Mendut menyebut Ariswara salah satu tokoh kritis, terutama terkait dengan usaha-usaha pelestarian dan pengembangan kepariwisataan Candi Borobudur dengan kawasannya.

"Kami merasa kehilangan Pak Tomo. Semasa muda, beliau aktif mengkritisi kebijakan pelestarian dan wisata Borobudur demi kemajuan Borobudur dan masyarakat sekitarnya," ujar dia.

Ariswara, ujarnya, memiliki analisis dan intuisi yang kuat serta kaya tentang kisah-kisah relief Candi Borobudur dengan pemaknaan kekiniannya. Ia juga menulis buku buku "Temples of Java".

Sucoro menyebut Ariswara terlibat secara konstruktif bagi pengembangan wacana Borobudur sebagai konsep mandala (lingkungan) sehingga sekarang berkembang kepariwisataan kawasan candi yang juga warisan budaya dunia itu.

"Beliau turut memikirkan agar wisatawan tidak hanya terpusat datang ke Candi Borobudur lalu pulang, tetapi juga berwisata ke kawasannya sebagai Mandala Borobudur. Sekarang berkembang pariwisata kawasan Borobudur," kata Sucoro yang juga pendiri Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur itu. 

(U.M029

Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024