Magelang (Antaranews Jateng) - Keragaman hayati menjadi potensi sumber daya pangan Indonesia yang pemanfaatannya perlu dikembangkan guna mendukung ketahanan pangan nasional berbasis sumber daya lokal, kata Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Benny Rachman.
"Mari kita dukung ketahanan pangan berbasis lokal menuju daya saing bangsa dimulai dari diri kita sendiri," katanya dalam keterangan tertulis tentang Seminar Nasional Merapi Integrated Sustainable Agriculture diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Kota Magelang yang dikeluarkan Humas Untidar di Magelang, Jumat.
Ia mengemukakan pentingnya masyarakat mengonsumsi makanan berbahan dasar lokal, seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan guna mendukung pengembangan potensi sumber daya pangan dalam negeri itu.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terdiri atas 100 jenis sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan.
Ia mengemukakan tentang pentingnya dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan industri pangan berbasis lokal.
Pemerintah daerah, kata dia, juga dituntut untuk mempromosikan secara baik tentang berbagai potensi pangan lokal.
"Kantor-kantor dinas supaya mengurangi kegiatan koordinasi tetapi dialihkan menjadi kegiatan promosi-promosi pangan lokal dan harus konsisten dengan tujuan bangsa, yaitu menjadi lumbung pangan dunia," katanya.
guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Totok Agung mengemukakan tentang kebiasaan masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa, mengonsumsi mi instan sebagai hal yang tidak menguntungkan bagi ketahanan pangan dalam negeri, karena bahan bakunya berupa gandum, masih diimpor.
"Mari kita kurangi konsumsi gandum karena Indonesia masih mengimpor. Mahasiswa banyak yang sering makan mi instan. Kita mesti kembali ke singkong, jagung, kedelai, dan lain-lain," katanya.
Seminar nasional membahas ruang lingkup pertanian yang diikuti 150 peserta dan 19 pemakalah dengan tema "Mengembangkan Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Menuju Daya Saing Bangsa" itu, sebagai kegiatan pertama diselenggarakan Untidar sejak berstatus sebagai perguruan tinggi negeri pada April 2014. Kegiatan tersebut akan dijadikan agenda rutin setiap tahun Untidar Kota Magelang.
Dalam rangkaian seminar pertanian itu, pihak Untidar menandatangani kerja sama dengan PT Keju Indrakila Boyolali, perusahaan lokal di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang memproduksi olahan susu dengan produk utama keju.
Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Untidar Widitya Tri Nugraha mengatakan kerja sama itu terkait dengan upaya kedua pihak dalam memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang industri peternakan.
Selain itu, ujarnya, memberikan kontribusi bagi pengembangan produk olahan hasil peternakan serta ke depannya dapat bekerja sama dengan industri-industri lain, khususnya di bidang peternakan.
"Kerja sama perguruan tinggi dengan `stakeholder`, khususnya industri, bertujuan agar lebih dekat dan mengerti kebutuhan industri sehingga dapat mempersiapkan lulusan mahasiswa, khususnya Prodi Peternakan Fakultas Pertanian yang siap untuk bekerja dengan industri dan atau mengembangkan wirausaha," katanya.
"Mari kita dukung ketahanan pangan berbasis lokal menuju daya saing bangsa dimulai dari diri kita sendiri," katanya dalam keterangan tertulis tentang Seminar Nasional Merapi Integrated Sustainable Agriculture diselenggarakan Fakultas Pertanian Universitas Tidar Kota Magelang yang dikeluarkan Humas Untidar di Magelang, Jumat.
Ia mengemukakan pentingnya masyarakat mengonsumsi makanan berbahan dasar lokal, seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan guna mendukung pengembangan potensi sumber daya pangan dalam negeri itu.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terdiri atas 100 jenis sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan.
Ia mengemukakan tentang pentingnya dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan industri pangan berbasis lokal.
Pemerintah daerah, kata dia, juga dituntut untuk mempromosikan secara baik tentang berbagai potensi pangan lokal.
"Kantor-kantor dinas supaya mengurangi kegiatan koordinasi tetapi dialihkan menjadi kegiatan promosi-promosi pangan lokal dan harus konsisten dengan tujuan bangsa, yaitu menjadi lumbung pangan dunia," katanya.
guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Totok Agung mengemukakan tentang kebiasaan masyarakat, termasuk kalangan mahasiswa, mengonsumsi mi instan sebagai hal yang tidak menguntungkan bagi ketahanan pangan dalam negeri, karena bahan bakunya berupa gandum, masih diimpor.
"Mari kita kurangi konsumsi gandum karena Indonesia masih mengimpor. Mahasiswa banyak yang sering makan mi instan. Kita mesti kembali ke singkong, jagung, kedelai, dan lain-lain," katanya.
Seminar nasional membahas ruang lingkup pertanian yang diikuti 150 peserta dan 19 pemakalah dengan tema "Mengembangkan Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Menuju Daya Saing Bangsa" itu, sebagai kegiatan pertama diselenggarakan Untidar sejak berstatus sebagai perguruan tinggi negeri pada April 2014. Kegiatan tersebut akan dijadikan agenda rutin setiap tahun Untidar Kota Magelang.
Dalam rangkaian seminar pertanian itu, pihak Untidar menandatangani kerja sama dengan PT Keju Indrakila Boyolali, perusahaan lokal di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang memproduksi olahan susu dengan produk utama keju.
Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Untidar Widitya Tri Nugraha mengatakan kerja sama itu terkait dengan upaya kedua pihak dalam memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang industri peternakan.
Selain itu, ujarnya, memberikan kontribusi bagi pengembangan produk olahan hasil peternakan serta ke depannya dapat bekerja sama dengan industri-industri lain, khususnya di bidang peternakan.
"Kerja sama perguruan tinggi dengan `stakeholder`, khususnya industri, bertujuan agar lebih dekat dan mengerti kebutuhan industri sehingga dapat mempersiapkan lulusan mahasiswa, khususnya Prodi Peternakan Fakultas Pertanian yang siap untuk bekerja dengan industri dan atau mengembangkan wirausaha," katanya.