Kudus (Antaranews Jateng) - Peminat budi daya ikan lele menggunakan sistem bioflok di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masih sangat minim karena dinilai terlalu rumit dan membutuhkan tenaga ekstra, kata Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Fajar Nugroho.
     
"Hingga kini, budi daya ikan lele dengan sistem bioflok murni tercatat baru dua tempat yang mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat. Mayoritas yang ada di Kudus model konvensional dengan menyediakan kolam berukuran besar," ujarnya di Kudus, Rabu.
     
Meskipun demikian, lanjut dia, tingkat keberhasilan dengan sistem bioflok di Kudus hingga kini belum ada yang berani mengklaim secara terbuka karena informasi justru terjadi kegagalan saat penebaran benih ikan yang terlalu dini.

Kalaupun di tempat lain ada yang mencoba sistem tersebut, dia memperkirakan, masih semi bioflok.

Budi daya ikan model bioflok, kata dia, memang membutuhkan tenaga ekstra dan perhatian khusus karena tidak boleh dikerjakan secara sambil lalu mengerjakan pekerjaan yang lain.

"Pemantauannya harus dilakukan secara esktra, termasuk kondisi air di kolam terkini hingga tingkat keasaman kolam juga harus diperhatikan secara ketat," ujarnya.

Karena dinilai terlalu menyita waktu, akhirnya banyak pembudi daya ikan air tawar tidak tertarik menggunakan sistem bioflok yang memiliki keunggulan soal keterbatasan lahan serta penggunaan pakan.

Ia memperkirakan ketika sudah ada yang mampu menunjukkan keberhasilan dalam melakukan budi daya ikan lele dengan sistem bioflok, tentunya pembudidaya ikan yang lain akan berbondong-bondong meniru.

Sebelumnya, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus pernah menggelar pelatihan cara membudidayakan ikan lele dengan sistem bioflok yang penggunaan pakannya lebih hemat.  

Sistem bioflok merupakan model pemeliharaan ikan lele dengan cara menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengolah limbah menjadi gumpalan kecil yang bermanfaat sebagai pakan alami ikan.

Untuk menumbuhkan mikroorganisme, dipacu dengan pembelian probiotik serta pemasangan aerator untuk menyuplai oksigen sekaligus mengaduk oir kolam.

Faruq, salah seorang pembudi daya ikan lele secara konvensional mengakui belum tertarik menggunakan bioflok karena terlalu rumit.
     
Selain itu, kata dia, membutuhkan waktu ekstra dalam memantau kondisi ikan serta kolamnya agar pertumbuhan ikannya bisa maksimal.

"Berdasarkan hasil konsultasi dengan sejumlah pihak, terutama yang pernah mencoba sistem bioflok ternyata belum ada yang benar-benar mengatakan dengan tegas berhasil menemukan teknik yang mudah dan bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan model kolam besar," ujarnya.  

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kudus pada tahun 2017 tingkat produksi ikan lele di Kudus mencapai 1.120,78 ton atau 56,04 persen dari total produksi. 

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024