Semarang (Antaranews Jateng) - Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID - United States Agency for International Development menyatakan di balik kematian seorang ibu melahirkan banyak penderitaan bagi orang-orang yang ditinggalkan, terutama anak-anak.
Regional Manager USAID Jalin Jawa Tengah Hartanto Hardjono di Semarang, Kamis, menyebutkan bahwa sampai Oktober 2018 tercatat 333 ibu melahirkan di Jateng meninggal dunia, padahal bila semua sektor bekerja sama, seharusnya angka kematian ibu melahirkan bisa ditekan seminimal mungkin.
Menurut dia, kematian ibu melahirkan menimbulkan rentetan penderitaan bagi orang-orang terdekat, terutama anak yang baru dilahirkan dan selamat. Masalah di kemudian hari juga lebih kompleks dibandingkan anak yang diasuh langsung oleh orang tua kandung.
Ia memberi contoh kematian seorang ibu di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 4 tahun lalu yang melahirkan bayi pengidap cerebral palsy.
Anak yang kehilangan ibu kandung tersebut, menurut dokter Hartanto, dengan penyakit tersebut tentu tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain. "Hidup anak itu akan selalu tergantung pada orang lain," katanya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya melakukan penyelamatan ibu melahirkan karena di balik kematian mereka banyak orang yang menderita. Di Indonesia, setiap hari diperkirakan dua ibu melahirkan yang meninggal dan 10 bayi lahir kehilangan nyawa.
USAID Jalin mengajak semua pemangku kepentingan melakukan aksi untuk penyelamatan ibu melahirkan anak. Peluang untuk melakukan aksi, antara lain, memberi pelayatan perawatan yang berkualitas, memberikan rujukan yang efektif, tata kelola, serta hubungan Jaringan Kesehatan Nasional dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Regional Manager USAID Jalin Jawa Tengah Hartanto Hardjono di Semarang, Kamis, menyebutkan bahwa sampai Oktober 2018 tercatat 333 ibu melahirkan di Jateng meninggal dunia, padahal bila semua sektor bekerja sama, seharusnya angka kematian ibu melahirkan bisa ditekan seminimal mungkin.
Menurut dia, kematian ibu melahirkan menimbulkan rentetan penderitaan bagi orang-orang terdekat, terutama anak yang baru dilahirkan dan selamat. Masalah di kemudian hari juga lebih kompleks dibandingkan anak yang diasuh langsung oleh orang tua kandung.
Ia memberi contoh kematian seorang ibu di Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 4 tahun lalu yang melahirkan bayi pengidap cerebral palsy.
Anak yang kehilangan ibu kandung tersebut, menurut dokter Hartanto, dengan penyakit tersebut tentu tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain. "Hidup anak itu akan selalu tergantung pada orang lain," katanya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya melakukan penyelamatan ibu melahirkan karena di balik kematian mereka banyak orang yang menderita. Di Indonesia, setiap hari diperkirakan dua ibu melahirkan yang meninggal dan 10 bayi lahir kehilangan nyawa.
USAID Jalin mengajak semua pemangku kepentingan melakukan aksi untuk penyelamatan ibu melahirkan anak. Peluang untuk melakukan aksi, antara lain, memberi pelayatan perawatan yang berkualitas, memberikan rujukan yang efektif, tata kelola, serta hubungan Jaringan Kesehatan Nasional dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.