Jakarta (Antaranews Jateng) - Ekonomi internet atau yang lebih dikenal dengan ekonomi digital di Asia Tenggara tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan, dan pada 2018 nilainya sudah mencapai 72 miliar dolar atau lebih dari Rp1.048 triliun.
Dengan pertumbuhan yang lebih cepat itu, nilai ekonomi internet Asia Tenggara pada 2025 akan mencapai 240 miliar dolar, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya 200 miliar dolar, menurut Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy Asia Tenggara 2018, dikutip Selasa.
Laporan Google dan Temasek pada 2016 dan 2017 memang meramalkan ekonomi internet Asia Tenggara akan bernilai 200 miliar dolar pada 2025, tapi wilayah ini ternyata membutuhkan waktu lebih cepat untuk mencapai itu.
“Dengan delapan tahun masih tersisa, Asia Tenggara sudah lebih sepertiga jalan menuju target,” kata Wakil Presiden Google wilayah Asia Tenggara dan India, Rajan Anandan.
Dan, menurut Anandan, perusahaan teknologi Asia Tenggara telah mengumpulkan setengah dari 40-50 miliar dolar dana dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kecepatan pemecahan rekor ekonomi internet di kawasan itu pada 2018 bukanlah kejadian aneh. Negara-negara Asia Tenggara berada pada landasan yang kuat untuk pertumbuhan digital yang dipercepat,” kata pernyataan bersama Google dan Temasek.
Berikut enam fakta menarik mengenai pertumbuhan ekonomi internet Asia Tenggara berdasarkan laporan e-Conomy 2018 oleh Google dan Temasek:
1. Ekonomi internet Asia Tenggara akan mencapai 72 miliar dolar (Rp1.048 triliun) pada 2018, lebih dari dua kali lipat sejak 2015. Sektor internet Asia Tenggara telah menghasilkan nilai yang melampaui produk domestik bruto (PDB) lebih dari 100 negara di dunia hanya dalam tiga tahun.
2. 350 juta pengguna internet tinggal di wilayah Asia Tenggara. Sejak 2015, lebih dari tiga juta orang Asia Tenggara, populasi yang lebih besar dari Chicago atau Madrid, telah online untuk pertama kalinya setiap bulan.
3. Pasar e-Commerce Asia Tenggara diperkirakan mencapai 102 miliar dolar pada tahun 2025. 2018 adalah tahun e-commerce di Asia Tenggara, yang naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dan tiga besar bisnis e-commerce, Lazada, Shopee, dan Tokopedia, adalah pemain lokal yang didirikan dan melayani wilayah tersebut.
4. 35 juta orang Asia Tenggara menggunakan layanan transportasi online setiap bulannya. Delapan juta wahana diambil setiap hari di 500 kota. Unicorn lokal seperti GO-JEK dan Grab memacu pertumbuhan yang cepat dalam layanan baru seperti pengiriman makanan, yang merupakan industri senilai 2 miliar dolar pada 2018.
5. 24 miliar dolar telah dibangkitkan oleh perusahaan teknologi Asia Tenggara sejak 2015 dan kepercayaan investor meningkat. 9,1 miliar dolar yang dibangkitkan pada paruh pertama tahun 2018 setara dengan 9,4 miliar dolar di seluruh tahun 2017. Kepercayaan investor meluas ke startup yang lebih kecil, dengan investasi di non-unicorn tumbuh empat kali di paruh pertama tahun 2018 tahun ini.
6. 1,7 juta pekerjaan penuh waktu akan tercipta dalam ekonomi internet pada tahun 2025 bagi para profesional berketerampilan tinggi serta peluang kerja yang fleksibel di sektor-sektor seperti raid-hailing.
Dengan pertumbuhan yang lebih cepat itu, nilai ekonomi internet Asia Tenggara pada 2025 akan mencapai 240 miliar dolar, lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya 200 miliar dolar, menurut Google dan Temasek dalam laporan e-Conomy Asia Tenggara 2018, dikutip Selasa.
Laporan Google dan Temasek pada 2016 dan 2017 memang meramalkan ekonomi internet Asia Tenggara akan bernilai 200 miliar dolar pada 2025, tapi wilayah ini ternyata membutuhkan waktu lebih cepat untuk mencapai itu.
“Dengan delapan tahun masih tersisa, Asia Tenggara sudah lebih sepertiga jalan menuju target,” kata Wakil Presiden Google wilayah Asia Tenggara dan India, Rajan Anandan.
Dan, menurut Anandan, perusahaan teknologi Asia Tenggara telah mengumpulkan setengah dari 40-50 miliar dolar dana dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kecepatan pemecahan rekor ekonomi internet di kawasan itu pada 2018 bukanlah kejadian aneh. Negara-negara Asia Tenggara berada pada landasan yang kuat untuk pertumbuhan digital yang dipercepat,” kata pernyataan bersama Google dan Temasek.
Berikut enam fakta menarik mengenai pertumbuhan ekonomi internet Asia Tenggara berdasarkan laporan e-Conomy 2018 oleh Google dan Temasek:
1. Ekonomi internet Asia Tenggara akan mencapai 72 miliar dolar (Rp1.048 triliun) pada 2018, lebih dari dua kali lipat sejak 2015. Sektor internet Asia Tenggara telah menghasilkan nilai yang melampaui produk domestik bruto (PDB) lebih dari 100 negara di dunia hanya dalam tiga tahun.
2. 350 juta pengguna internet tinggal di wilayah Asia Tenggara. Sejak 2015, lebih dari tiga juta orang Asia Tenggara, populasi yang lebih besar dari Chicago atau Madrid, telah online untuk pertama kalinya setiap bulan.
3. Pasar e-Commerce Asia Tenggara diperkirakan mencapai 102 miliar dolar pada tahun 2025. 2018 adalah tahun e-commerce di Asia Tenggara, yang naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Dan tiga besar bisnis e-commerce, Lazada, Shopee, dan Tokopedia, adalah pemain lokal yang didirikan dan melayani wilayah tersebut.
4. 35 juta orang Asia Tenggara menggunakan layanan transportasi online setiap bulannya. Delapan juta wahana diambil setiap hari di 500 kota. Unicorn lokal seperti GO-JEK dan Grab memacu pertumbuhan yang cepat dalam layanan baru seperti pengiriman makanan, yang merupakan industri senilai 2 miliar dolar pada 2018.
5. 24 miliar dolar telah dibangkitkan oleh perusahaan teknologi Asia Tenggara sejak 2015 dan kepercayaan investor meningkat. 9,1 miliar dolar yang dibangkitkan pada paruh pertama tahun 2018 setara dengan 9,4 miliar dolar di seluruh tahun 2017. Kepercayaan investor meluas ke startup yang lebih kecil, dengan investasi di non-unicorn tumbuh empat kali di paruh pertama tahun 2018 tahun ini.
6. 1,7 juta pekerjaan penuh waktu akan tercipta dalam ekonomi internet pada tahun 2025 bagi para profesional berketerampilan tinggi serta peluang kerja yang fleksibel di sektor-sektor seperti raid-hailing.