Banyumas (Antaranews Jateng) - Harga beras di pasaran berpotensi naik akibat mundurnya masa tanam padi pada musim tanam pertama tahun 2018/2019, kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto Agus Chusaini.

 "Jadi memang ada potensi kenaikan harga beras pada awal tahun, sekitar Januari-Februari, jumlah kesediaan beras akan turun, tapi pemerintah sudah impor (beras). Jadi, Insya Allah, mungkin harga (beras) bisa terkendali," katanya usai menghadiri tanam perdana dalam rangka gerakan percepatan tanam padi di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.
 
Ia menduga impor beras yang dilakukan pemerintah ditujukan untuk mengantisipasi berkurangnya pasokan bahan pangan itu pada awal tahun 2019 akibat mundurnya musim tanam padi.

Oleh karena itu, dia mengharapkan impor beras yang telah dilakukan pemerintah dapat mencukupi kebutuhan pada awal tahun 2019.

 "Dengan adanya impor, cadangan beras pemerintah sekarang kan besar. Jadi, kami berharap pada awal tahun, cadangan masih mencukupi sampai panen berikutnya," kata Agus.

 Dia mengakui jika hingga saat ini, harga beras di pasaran khususnya kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, masih relatif stabil namun pihaknya tetap mencermatinya.

 "Memang, dengan mundurnya tanam, itu ada kemungkinan panennya juga akan mundur. Ini yang perlu diantisipasi. Walaupun harganya naik, kenaikannya mungkin masih wajar, tidak akan naik secara drastis seperti kasus tahun kemarin (akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018, red.)," tegasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengakui jika masa tanam padi pada musim tanam pertama tahun 2018/2019 mundur akibat mundurnya musim hujan.
 
Oleh karena itu, kata dia, gerakan percepatan tanam seperti yang dilakukan di Desa Kuntili, Kecamatan Sumpiuh, Banyumas, dapat mengejar ketertinggalan karena sebelumnya luasan tanam pada bulan Oktober hingga November ditargetkan telah mencapai 20.000 hektare.

Akan tetapi hingga saat ini, lanjut dia, baru terealisasi sekitar 10 persennya atau sekitar 2.000 hektare sehingga diharapkan target tersebut dapat dipenuhi hingga akhir bulan November.

 "Yang kita khawatirkan, kalau mundurnya terlalu panjang, musim pacekliknya tambah (lama) dan ini risikonya besar. Pada bulan Januari 2018 saja, harga beras lumayan tinggi dan berlangsung cukup lama," katanya.

Dengan mundurnya musim tanam seperti yang terjadi saat sekarang, dia memrediksikan produksi padi pada bulan Januari 2019 belum bisa maksimal. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024